Senin, 08 Januari 2018

Kebermanfaatan Tanpa Akhir


“Kutuliskan serbuan nyamuk, kutuliskan hawa panas, kutuliskan lalu lintas pikiranku yang padat, semuanya kutuliskan untuk mendatangkan kembali kejernihan pikir, semangat pergerakan, semangat perjuangan, yang telah ditimbun beribu kabar status.”

Nyinggg……nyingggg…..nyamuk- nyamuk beterbangan mengitariku, menusukkan jarum kecilnya ke tangan dan kakiku. Entahlah, apa istilahnya dalam kamus biologi, sederhananya aku menyebut bagian tubuh dari nyamuk itu jarum, karena tusukannya  bak jarum, bagiku. Beberapa kali tanganku menyambar ke berbagai arah, menghalau nyamuk- nyamuk yang terus menyerang tanpa kenal lelah.  Sesekali ia kubiarkan menusuk dan menyedot darahku, tapi rasa gatal yang ditimbulkan membuatku tak kuasa untuk menahan, akhirnya lagi- lagi kulayangkan tangan ini, mengusir mereka, namun, tetap saja mereka datang kembali.

Tak hanya nyamuk, hawa panas yang terasa di ruangan tempatku duduk, sampai membuatku berpeluh, padahal tidak ada aktifitas berat yang kulakukan, hanya saja pikiranku yang terus bercabang ke segala arah. Terus meloncat dari tema satu menuju tema dua, tema tiga, tema empat, tema lima, dan tema- tema yang lainnya.

Pikiranku acapkali menahanku untuk berbuat. Ingin rasanya segera merangkai ide dan gagasan pada notebook kecilku, tapi selalu saja tertahan oleh pikir yang tiba- tiba melesat pada permasalahan yang kurasa perlu untuk segera diselesaikan. Ingin rasanya juga membangun diskusi interaktif di jagat socmed, namun lagi- lagi tertahan oleh pikirku. Terlalu banyak hal yang berseliwaran dalam alam pikirku, aku, bak seorang dermawan yang menganggap orang – orang yang berseliweran di depan rumahku adalah semuanya penting dan harus dijamu, sayangnya, jamuan tetaplah jamuan, ia tidak akan menjadi banyak, jika tidak diperbanyak.

Tapi, satu hal yang aku tekankan dalam kegalauan pikirku,”Waktuku haruslah bermanfaat.” Untuk itu, aku mulai merangkai kata, menulis kegalauanku. Langkah ini, menurut Hernowo, Dosen Bahasa Indonesia yang pernah menjadi guru pembangkit semangat menulis, adalah sebuah langkah tepat untuk menghapus file- file yang tidak berguna dalam otak. Kutuliskan serbuan nyamuk, kutuliskan hawa panas, kutuliskan lalu lintas pikiranku yang padat, semuanya kultuliskan untuk mendatangkan kembali kejernihan pikir, semangat pergerakan, semangat perjuangan, yang telah ditimbun beribu kabar status.

Sedikit demi sedikit, semangat yang kutanamkan di tahun 2018 ini, insha Allah hingga akhir hayat ini, mencuat kembali bahwa kebermanfaatan bagiku adalah “kebermantaatan tanpa akhir.
3L, Rumah Perjuangan, 09 Januari 2018, 01.05.

Fotografer: AS