“Kutuliskan serbuan nyamuk,
kutuliskan hawa panas, kutuliskan lalu lintas pikiranku yang padat, semuanya kutuliskan
untuk mendatangkan kembali kejernihan pikir, semangat pergerakan, semangat
perjuangan, yang telah ditimbun beribu kabar status.”
Nyinggg……nyingggg…..nyamuk-
nyamuk beterbangan mengitariku, menusukkan jarum kecilnya ke tangan dan kakiku.
Entahlah, apa istilahnya dalam kamus biologi, sederhananya aku menyebut bagian
tubuh dari nyamuk itu jarum, karena tusukannya bak jarum, bagiku. Beberapa kali tanganku
menyambar ke berbagai arah, menghalau nyamuk- nyamuk yang terus menyerang tanpa
kenal lelah. Sesekali ia kubiarkan menusuk
dan menyedot darahku, tapi rasa gatal yang ditimbulkan membuatku tak kuasa
untuk menahan, akhirnya lagi- lagi kulayangkan tangan ini, mengusir mereka, namun,
tetap saja mereka datang kembali.
Tak hanya
nyamuk, hawa panas yang terasa di ruangan tempatku duduk, sampai membuatku
berpeluh, padahal tidak ada aktifitas berat yang kulakukan, hanya saja
pikiranku yang terus bercabang ke segala arah. Terus meloncat dari tema satu
menuju tema dua, tema tiga, tema empat, tema lima, dan tema- tema yang lainnya.
Pikiranku acapkali
menahanku untuk berbuat. Ingin rasanya segera merangkai ide dan gagasan pada
notebook kecilku, tapi selalu saja tertahan oleh pikir yang tiba- tiba melesat
pada permasalahan yang kurasa perlu untuk segera diselesaikan. Ingin rasanya
juga membangun diskusi interaktif di jagat socmed, namun lagi- lagi tertahan
oleh pikirku. Terlalu banyak hal yang berseliwaran dalam alam pikirku, aku, bak
seorang dermawan yang menganggap orang – orang yang berseliweran di depan
rumahku adalah semuanya penting dan harus dijamu, sayangnya, jamuan tetaplah
jamuan, ia tidak akan menjadi banyak, jika tidak diperbanyak.
Tapi, satu
hal yang aku tekankan dalam kegalauan pikirku,”Waktuku haruslah bermanfaat.” Untuk
itu, aku mulai merangkai kata, menulis kegalauanku. Langkah ini, menurut
Hernowo, Dosen Bahasa Indonesia yang pernah menjadi guru pembangkit semangat
menulis, adalah sebuah langkah tepat untuk menghapus file- file yang tidak
berguna dalam otak. Kutuliskan serbuan nyamuk, kutuliskan hawa panas,
kutuliskan lalu lintas pikiranku yang padat, semuanya kultuliskan untuk
mendatangkan kembali kejernihan pikir, semangat pergerakan, semangat
perjuangan, yang telah ditimbun beribu kabar status.
Sedikit demi
sedikit, semangat yang kutanamkan di tahun 2018 ini, insha Allah hingga akhir
hayat ini, mencuat kembali bahwa kebermanfaatan bagiku adalah “kebermantaatan
tanpa akhir.
3L, Rumah
Perjuangan, 09 Januari 2018, 01.05.
Fotografer: AS