Senin, 08 Maret 2021

Menuju Bulan Umat Nabi, Ramadhan Kareem

sumber foto: tirto.id

 

Kita masih berada di bulan Rajab, tepatnya 23 Rajab, tiga hari menuju peristiwa Isra’ Mi’rajnya Nabi Muhammad saw, 20 hari menuju Nisyfu Sya’ban, dan 36 hari lagi menuju awal puasa bulan Ramadhan, bulan untuk umatnya Nabi Muhammad Saw. Meski tinggal sebulan lagi, aroma Ramadhan sudah tercium, bahkan penting untuk segera dipersiapkan dengan membekali diri dengan ilmu-ilmu mengenai Ramadhan.

Seperti pengajian Ustadz Ahmad Hulaefi, Lc., M.H., di Masjid Al-Muttaqin, kebanggaan warga Dasan Re, malam ini. Ustadz muda, piawai dan berkarakter, khas dengan logat desa Toyanya, Ia mengingatkan pentingnya menyiapkan ilmu terkait bulan puasa.

Automatically, beberapa hal mengenai Ramadhan dibeberkan, saya pun mencatat sedikit, apa yang bisa tertangkap, meski sedikit. Diawali dengan definisi puasa, baik secara bahasa maupun istilah. Puasa secara bahasa berarti menahan diri, sementara secara istilah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga magrib (tenggelamnya matahari). Kira-kira begitu, penangkapan terbatas saya.

Menarik, materi lain, diterangkan seputar keutamaan-keutamaan bulan ramadhan, sebelumnya disampaikan juga, bagaimana puasa tak seperti ibadah lain. Ibadah lain masih bisa diketahui pahala yang diganjarkan Allah swt, tetapi ramadhan, dijelaskan dalam hadis qudsi, “puasa untukku dan aku yang memberikan ganjaran” jadi hanya Allah swt yang mengetahui ganjaran berpuasa.

Adapun keutamaan-keutamaannya seperti: pertama, siapa saja yang dilihat Allah swt, di awal bulan Ramadhan dalam keadaan beribadah kepada-Nya, maka ia akan terhindari dari azab, selama-lamanya.

Kedua, bau mulut orang yang berpuasa, lebih harum dari wewangian manapun di hadapan Allah swt.

Ketiga, orang yang berpuasa dan rajin beribadah, akan diminta ampunkan dosa dan kesalahannya siang dan malam oleh malaikat.

Keempat, Allah memerintahkan surga untuk berhias, merapikan diri, guna menyambut orang-orang yang berpuasa, yang nanti akan masuk lewat pintu khusus “Bab Ar-Rayyan.”

Kelima, Menjaga puasa yang baik,  sejak awal hingga akhir, Allah swt akan mengampuni dosa dan salahnya.

Kawan-kawan, di dalam bulan Ramadhan, kita tahu makan, minum, jima, haid, nifas bisa membatalkan puasa, tetapi ada juga aktifitas-aktifitas yang tidak membatalkan puasa, tetapi membatalkan pahala dari puasa. Aktifitas-aktifitas itu adalah: Ghibah, Namimah(bergosip), sumpah palsu, melihat sesuatu yang haram atau sesuatu yang halal dengan syahwat, dan mengucapkan perkataan atau melakukan perbuatan yang tidak-tidak.

Penjelasan Ustadz Ahmad Hulaefi masih banyak, tetapi saya cukupkan sampai di sini. Saya lanjutkan pada pertanyaan-pertanyaan warga. Ada yang menanyakan prihal menelan air ludah, dijawab boleh asal dengan syarat: ludah suci, tidak bercampur dengan hal lain, mungkin bekas makanan atau berdarah. Lalu, ludah tidak keluar dari bibir, jika sudah keluar lalu ditelan, maka puasa bisa batal. Dan terakhir, ludah sendiri bukan ludah orang lain.

Ada pertanyaan lain mengenai batas Imsak, apakah boleh berhenti atau mulai berpuasa sejak azan berkumandang. Dijawab, ini perkara sunnah nabi, hendaknya berhenti sahur, antara waktu selesai sahur dengan azan shubuh, berjarak selama bacaan 50 ayat al-Qur’an. Tetapi bisa menahan diri dari makan dan minum sejak waktu shalat atau azan berkumandang, dan tidak mendapatkan kesunnahan.

Pertanyaan lain mengenai haid, ada yang hadi hingga 18 hari, dari haid kemudian berhenti, tetapi darahnya keluar lagi setelah beberapa hari. Dijawab, menurut Imam Syafii, maksimal haid itu 15 hari, lebih dari itu sudah masuk darah penyakit (istihadah) maka silakan tetap berpuasa dan menjalankan kewajiban lainnya, dan tetap menyumbat keluarnya darah haid.

Alhamdulillah, itu sedikit catatan, mari persiapkan Ramadhan….

“Allahumma Bariklana fi rajab wa sya’ban wa ballighna ramadhan”

 nanti kita cerita…hehehe