sumber foto: tirto.id |
Kita masih berada di bulan Rajab, tepatnya 23 Rajab, tiga hari menuju peristiwa Isra’ Mi’rajnya Nabi Muhammad saw, 20 hari menuju Nisyfu Sya’ban, dan 36 hari lagi menuju awal puasa bulan Ramadhan, bulan untuk umatnya Nabi Muhammad Saw. Meski tinggal sebulan lagi, aroma Ramadhan sudah tercium, bahkan penting untuk segera dipersiapkan dengan membekali diri dengan ilmu-ilmu mengenai Ramadhan.
Seperti pengajian
Ustadz Ahmad Hulaefi, Lc., M.H., di Masjid Al-Muttaqin, kebanggaan warga Dasan
Re, malam ini. Ustadz muda, piawai dan berkarakter, khas dengan logat desa
Toyanya, Ia mengingatkan pentingnya menyiapkan ilmu terkait bulan puasa.
Automatically, beberapa hal mengenai Ramadhan dibeberkan, saya pun mencatat sedikit,
apa yang bisa tertangkap, meski sedikit. Diawali dengan definisi puasa, baik
secara bahasa maupun istilah. Puasa secara bahasa berarti menahan diri,
sementara secara istilah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak
terbitnya fajar hingga magrib (tenggelamnya matahari). Kira-kira begitu,
penangkapan terbatas saya.
Menarik, materi
lain, diterangkan seputar keutamaan-keutamaan bulan ramadhan, sebelumnya
disampaikan juga, bagaimana puasa tak seperti ibadah lain. Ibadah lain masih
bisa diketahui pahala yang diganjarkan Allah swt, tetapi ramadhan, dijelaskan
dalam hadis qudsi, “puasa untukku dan aku yang memberikan ganjaran” jadi hanya
Allah swt yang mengetahui ganjaran berpuasa.
Adapun keutamaan-keutamaannya
seperti: pertama, siapa saja yang dilihat Allah swt, di awal bulan Ramadhan
dalam keadaan beribadah kepada-Nya, maka ia akan terhindari dari azab,
selama-lamanya.
Kedua, bau
mulut orang yang berpuasa, lebih harum dari wewangian manapun di hadapan Allah
swt.
Ketiga, orang
yang berpuasa dan rajin beribadah, akan diminta ampunkan dosa dan kesalahannya siang
dan malam oleh malaikat.
Keempat, Allah
memerintahkan surga untuk berhias, merapikan diri, guna menyambut orang-orang
yang berpuasa, yang nanti akan masuk lewat pintu khusus “Bab Ar-Rayyan.”
Kelima, Menjaga
puasa yang baik, sejak awal hingga akhir,
Allah swt akan mengampuni dosa dan salahnya.
Kawan-kawan, di
dalam bulan Ramadhan, kita tahu makan, minum, jima, haid, nifas bisa membatalkan
puasa, tetapi ada juga aktifitas-aktifitas yang tidak membatalkan puasa, tetapi
membatalkan pahala dari puasa. Aktifitas-aktifitas itu adalah: Ghibah,
Namimah(bergosip), sumpah palsu, melihat sesuatu yang haram atau sesuatu yang
halal dengan syahwat, dan mengucapkan perkataan atau melakukan perbuatan yang
tidak-tidak.
Penjelasan
Ustadz Ahmad Hulaefi masih banyak, tetapi saya cukupkan sampai di sini. Saya lanjutkan
pada pertanyaan-pertanyaan warga. Ada yang menanyakan prihal menelan air ludah,
dijawab boleh asal dengan syarat: ludah suci, tidak bercampur dengan hal lain,
mungkin bekas makanan atau berdarah. Lalu, ludah tidak keluar dari bibir, jika
sudah keluar lalu ditelan, maka puasa bisa batal. Dan terakhir, ludah sendiri
bukan ludah orang lain.
Ada pertanyaan
lain mengenai batas Imsak, apakah boleh berhenti atau mulai berpuasa sejak azan
berkumandang. Dijawab, ini perkara sunnah nabi, hendaknya berhenti sahur, antara
waktu selesai sahur dengan azan shubuh, berjarak selama bacaan 50 ayat al-Qur’an.
Tetapi bisa menahan diri dari makan dan minum sejak waktu shalat atau azan
berkumandang, dan tidak mendapatkan kesunnahan.
Pertanyaan lain
mengenai haid, ada yang hadi hingga 18 hari, dari haid kemudian berhenti,
tetapi darahnya keluar lagi setelah beberapa hari. Dijawab, menurut Imam
Syafii, maksimal haid itu 15 hari, lebih dari itu sudah masuk darah penyakit
(istihadah) maka silakan tetap berpuasa dan menjalankan kewajiban lainnya, dan
tetap menyumbat keluarnya darah haid.
Alhamdulillah,
itu sedikit catatan, mari persiapkan Ramadhan….
“Allahumma
Bariklana fi rajab wa sya’ban wa ballighna ramadhan”
nanti kita cerita…hehehe