Minggu, 18 September 2016

Kezalimanmu Bukan Milik Orang Lain

sumber foto: flickr.com


Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang zalim yang telah kami binasakan, dan kami jadikan generasi yang lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya)
(QS. Al-anbiya (21): 11)

Kezaliman memang hanya akan mengundang kemurkaan Tuhan. kezaliman yang diperbuat oleh suatu kaum akan kembali pada diri mereka sendiri; jangan mengira, suatu kejelekan yang dilakukan oleh suatu kaum, tidak kembali kepada mereka; itu sudah menjadi konsekuensi logis ataupun hukum alam, layaknya pribahasa yang mengatakan “siapa yang menanam, maka ia akan menuai” begitu pula keburukan dan kezailman yang dilakukan, pada akhirnya, kezaliman itu akan berdampak pada pezalim.

Sama halnya dengan  kaum ad, kaum tsamud, dan sebagainya. Mereka adalah kaum-kaum yang besar karena diberikan kemampuan luar biasa oleh Allah swt; sayang mereka juga kaum yang zalim, sehingga Allah menimpakan bala kepada mereka disebabkan kezaliman mereka sendiri.
Mungkin, tidak perlu kita jauh-jauh. kita kembali pada diri masing-masing, apa pun pergerakan kita pasti kita yang akan mendapatkan pengaruh; entah itu pergerakan yang baik ataupun tidak baik. Anda giat olahraga maka anda akan sehat, anda giat bekerja maka anda akan mendapatkan banyak rizki, anda minum minuman keras maka, anda mencuri, membunuh, memperkosa, semuanya akan kembali pada diri anda.

Kejelakan yang kita perbuat akan membuat kita  binasa. Sudah menjadi sunnatullah, ketika kita binasa, maka akan ada generasi pengganti, yang akan menentukan nasib mereka sendiri juga, apakah mengikuti kezaliman kita atau mampu berkaca dari masa lalu suatu kaum, hingga menjauhkan diri dari apa yang membuat kaum masa lalu itu binasa. Atau tetap sama, melakukan kezaliman dengan bentuk rupa yang berbeda, namun beresensi sama; maka tetap, kebinasaan akan dimiliki jua.

Khalik Lebih Menjajikan dari Makhluk

Sumber Foto: www.quran-al-mubeen.com

Dia (Yakub) berkata, “bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?” maka Allah adalah penjaga yang terbaik dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang.
(QS. Yusuf (12): 64)

Ayat ini menunjukkan kita kisah keluarga Nabi Yakub as; dimana karena kecemburuan diantara saudara-saudara Yusuf  terhadap Yusuf, Yusuf akhirnya dibuang. Namun, siapa yang mengira, kesalahan yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf tersebut, merupakan bagian dari proses kebesaran Nabi Yusuf as.

Singkat cerita, dibuangnya Yusuf malah menjadikan Yusuf tumbuh dengan berbagai pernak-pernik kehiduan yang menjadikannya bagian dari kekuasaan mesir.  Kemampuan yang dimiliki membuat mesir berhasil bertahan dalam kemarau panjang, bahkan warga dari daerah lain berdatangan ke mesir untuk membeli gandum. Kemudian warga tersebut adalah tidak lain keluarga Yusuf, yang dulu membuangnya; dan mereka tidak mengenal Yusuf as.
Yusuf as berkeinginan untuk melihat adiknya, Bunyamin. Karena itu ia meminta kepada kakak-kakaknya, untuk membawa bunyamin pada perjalanan kedua mereka nanti, kalau tidak, mereka tidak akan diperkenankan membeli gandum.

Yakub as yang telah kehilangan Yusuf karena mempercayakannya kepada saudara-saudaranya tersebut, tidak percaya juga kepada mereka. Yakub as tidak ingin kehilangan anak untuk yang kedua kalinya. Karena itu, ayat tersebut menunjukkan kepada kita, bagaimana keterpercayaan kepada makhluk dan keterpercayaan kepada Khalik.

Kepercayaan kepada makhluk kadang membuat terluka dan mengecewakan; itu karena makhluk adalah lemah, bahkan tidak memiliki, berbeda dengan kepercayaan kepada Khalik; Ialah penjaga yang terbaik, Kuat dan Maha Memiliki segalanya.