Minggu, 29 September 2019

Hasrat Ke Festival Kopi Gubuk 2019, Justru Singgah di Danau Biru





Stan- stan penjaja kopi sudah tak lengkap, hanya ada pedagang kopi sachet, kafi dengan aneka makanan ringan dan nasi bungkus, berdiri dengan stan seadanya di luar stan utama. Parkiran tampak riuh dengan sepeda motor, seriuh para pengunjung, duduk kemana arah memandang. Panggung tampak mati, menyambut kedatanganku di saat waktu istirahat Festival Kopi Gubung 2019, di Hortypark, Batukliang Utara, Lombok Tengah. Beruntung…ada danau biru.

Sebagai penikmat kopi, mendengar kabar berlangsungnya festival kopi, tentu sangat menggembirakan hati. Kegembiraan itu yang membawaku memacu motor bebek menuju Lombok Tengah, tempat digelarnya Festival Kopi Gubuk 2019. Kabar asiknya acara ini sedari sabtu kemarin telah  meramaikan salah satu grup whatsappku. Acara ini memang digelar dua hari, 28-29 September.

Kedatanganku di hari terakhir, pada waktu yang terbatas, tentu mengurangi kemeriahan acara ini bagiku, karena tidak merasakan sejak awal acara ini dimulai. Yaa… hasrat, namanya hasrat menarikku untuk segera datang. Sayangnya, tempat yang aku tuju tak jua ketemu. Beberapa kali aku mondar- mandir di Jalan Raya Aik Bukak. Bermodalkan google maps, aku mencoba melihat secara rinci. Sempat masuk ke daerah jalanan sempit berdebu, dengan suasana hutan, aku jadi meragu. Balik lagi, dan melihat navigasi lebih rinci. Pada akhirnya, aku harus meyakinkan diri memasuki daerah itu kembali, dan ternyata tak seseram pikiran yang muncul, karena di balik hutan, nampak rumah- rumah warga berjejeran, lalu menemukan jalan aspal yang cocok dengan motor maticku.

Perjalanan kutempuh lumayan,  geberan demi geberan gas belum juga cukup, hingga pada satu titik, di mana aspal jalanan ini terputus, di situlah terlihat keramaian acara. Segera aku

Minggu, 22 September 2019

Dua Hari di Madura: Merasakan Sensasi Sate, Kopi, Goyangan Perahu, Hingga Oksigen Segar Gili Iyang




Kopi Madura dengan gelintiran-gelintiran kecil hitam, Sate Madura hidangan ibu rumah tangga, goyangan perahu selat dungkek, oksigen segar Gili Iyang dan beberapa titik destinasi di dalamnya, itulah sekelumit suguhan menarik sisi timur Madura, dari perjalananku menjabat erat seorang kawan.

Seminggu yang lalu agenda mengunjungi kawan di Madura sana teragendakan. Berawal dari kedatangan Kembali Dosen  Kece, panggilan kesayangan kami—Uncle  Rahman, salah satu dosen di kampus ternama Jakarta—ke Pare. Tempat dimana aku dan kawan-kawan menjalin relasi, sesama pembelajar bahasa Inggris dan pemimpi kuliah di luar negeri.   Relasi yang terjalin singkat namun mengikat, membuat kami tetap akrab. Uncle Rahman, dengan kemampuan ulung menyetir Mobil ini, menginisiasi perjalanan ke tanah Madura, yang terkenal dengan sate maduranya.

Bismillahi majreha wa mursaha, kami pun berangkat dari Pare. Menempuh jarak  yang tak singkat, melewati persawahan warga Jawa Timur, kebun tebu,  jalan kota-kota kecil,  lalu masuk jalan tol cepat menuju Surabaya.  Kemudian, melewati jembatan Suramadu yang menyampaikan kami ke Pulau Madura. Benar ternyata, memang perjalanan ini tidak singkat, setelah sekitar 6 jam lamanya, kami pun sampai di Pamekasan, salah satu kabupaten di Madura, dimana  rumah kawan berada.