www.indiamuslim.com
Al- Qur’an Tak Perlu Diragukan
Pagi ini kelas pak
zuhdi di awali presentasi dari kelompok Mustafa aqil, hamdan, dan lala.
Sayangnya lala tidak ada karena ia pulang kampung. Kelompok ini membahas
kemukjizatan al- Qur’an. Persentase yang menarik, kami ditunjukkan beragam
aspek kemukjizatan al-Qur’an yang ada pada seluruh sisi, mulai dari bahasanya,
maknanya, bunyinya, dan lain-lain. Sungguh kitab dengan kemukjizatan yang luar
biasa, bukti kerasulan Muhammad Saw.
Persentase usai,
namun tangan-tangan para cerdik pandai, teman-temanku terjunjung tinggi ke
atas, ekspresi yang aku tangkap, ingin rasanya mereka segera memberikan kritik,
pertanyaan, komentar dan sebagainya, sebagai pertanda mahasiswa yang memang
hidup. Mereka satu persatu memberikan pertanyaan, sementara para pemateri memberikan
jawabannya. Sesekali kelas riuh oleh teriakan dan tertawaan akibat kekoplakan
yang ditampilkan para pemateri. Walhasil kelas juga ramai, sesak, dijejali
kritikan, protes, dan sebagainya.
Sebelumnya satu hal
yang menimbulkan kontroversial, pendapat pemateri yang mengatakan bahwa ketika
Tuhan memberikan tantangan pada orang-orang kafir untuk melawan al- Qur’an
dengan membuat semisal al-Qur’an, sungguh orang-orang kafir tidak akan mampu,
karena Tuhan akan menjaga al-Qur’an dengan melemahkan potensi manusia untuk
melawan. Pernyataan pemateri ini sontak memunculkan tanggapan “kalau seperti
itu Tuhan tidak Gentle donk,,, dia yang menantang, kenapa dia yang melemahkan
manusia untuk melawan. Lalu terkait juga dengan pernyataan pemateri tentang
al-Qur’an lebih mulia, berarti Tuhan telah melakukan diskriminasi terhadap
kitab-kitab yang lainnya. Tanggapan di atas cukup liberal, tanggapan itupun
langsung disanggah oleh pemateri. Bahwa maksudnya tersebut bukanlah seperti
itu.
Ada juga pertanyaan
terkait apakah al-Qur’an adalah kitab
ilmiah? Karena ada pendapat bahwa semua penemuan ilmiah ada dalam al-Qur’an.
Pertanyaan tentang apakah al-qur’an adalah kitab ilmiah cukup membuat suasana
kelas memanas dan debat yang berkepanjangan hingga berakhir dengan tanggapan bahwa
al-qur’an bukanlah kitab ilmiah tapi memberikan isyarat ilmiah.
Lalu menurutku juga
“jika saja al-Qur’an memuat seluruh pedoman kehidupan manusia secara gamblang
sampai pada penjelasan-penjelasan masalah yang kecil secara sangat gamblang,
maka untuk apa diciptakan akal kepada
manusia, sebagai media untuk menjelajahi hutan hikmah yang tersimpan dalam
al-Qur’an. Tak perlu lagi manusia berfikir, ia cukup membuka al-Qur’an dan tahu untuk melakukan sesuatu, namun bisa
dibayangkan al-Qur’an memiliki tebal dan panjang bak lautan tak bertepi”.
Kemudian kelas
akhirnya ditutup oleh pak zuhdi dengan pernyataan bahwa al-qur’an bukanlah
kitab ilmiah tetapi memberikan isyarat ilmiah.
Hari selanjutnya,
kelas pak zuhdi terus yang kami ikuti, maklumlah kami harus mengganti
kelas-kelas yang memang pada waktu normal pak zuhdi tidak datang. Pada
pertemuan kali ini, kelas berubah menjadi kelas yang penuh kecurigaan,
keraguan, akan keotentikan al-Qur’an jauh dari tahrif atau perubahan. Merujuk
kepada sejarah yang mudah sekali
dirubah, bisa jadi al-Qur’an juga mengalami hal tersebut, berbagai materi disampaikan para pemateri yang intinya
menguatkan bahwa al-Qur’an memang jauh dari tahrif.
Namun kemudian para
mahasiswa mencoba menanyakan hal-hal yang mensinyalir adanya pentahrifan
al-Qur’an, “injil saja mengalami pentahrifan, bagaimana dengan al-qur’an”
walhasil gara-gara pertanyaan ini kelas riuh, karena pemateri tidak memberikan
jawaban yang kuat, para mahasiswa juga menyela jawaban pemateri seenaknya,
walhasil moderator dengan sigap menenangkan dengan menunda jawaban pertanyaan
tadi yang lebih menyakinkan nantinya jawaban dosen kami pak zuhdi. Jurus yang
selalu dipakai ketika jawaban terasa
hambar, “kita serahkan kepada dosen kita untuk menjawab nantinya”
hehehehe,,, selalu begitu.
Jawaban pak dosen pun
sama, bahwa al-Qur’an tidak diragukan lagi keotentikannya, bukankah Tuhan juga
telah menjamin akan hal itu, lalu terkait dengan penggunaan kata kami sebagai
penurun al-qur’an dan kamilah yang
menjaganya, yang mengisyaratkan keterlibatan manusia, malaikat dan yang
lainnya dalam penjagaan al-Qur’an. Yang menjadi pertanyaan kata Pak Zuhdi
apakah Tuhan butuh manusia dan malaikat
untuk menjaga al-Qur’an, bukankah Tuhan tidak butuh kepada apapun? Kelas
ditutup dengan pertanyaan tak terjawab, namun dalam hatiku aku menjawab, lalu
kenapa Tuhan harus memberikan manusia amanat untuk mengelola bumi, kenapa tidak
Tuhan sendiri yang mengelola bumi ini. Tidak jauh-jauh kenapa Tuhan
memerintahkan malaikat sebagai penghantar wahyu kenapa tidak Tuhan
sendiri? Jawabanku dengan gaya bertanya
ini cukup memberikan jawaban tentang keterlibatan manusia dan malaikat dalam
penjagaan al-Qur’an.
Lalu di hari
berikutnya, cahaya kejelasan muncul, tatkala “iranman” hehe,,,,begitulah
panggilan akrab yang disandangkan teman-temanku kepada orang-orang iran yang
datang ke kampus. Well “ Iranman” datang ke kampus, sehingga pelajaran ushul
fiqh harus berganti dengan mengikuti kuliah mendadak dari Dr. Karim Haidar,
nama asli dari “iranman” yang satu ini.
Meski kami harus
meninggalkan kelas ushul fiqh, tetapi dosen pengampu ushul fiqh juga menghadiri
kuliah ini, ia sebagai translator handal yang menguasai 3 bahasa arab, inggris,
dan Persia.
Semarak………..hanya
sekitar 30 menit Dr. Karim menjelaskan tentang al-Qur’an dan beberapa kaidah
ushul fiqh dengan berbahasa arab dan sedikit potongan-potongan kalimat dengan
berbahasa inggris. Dan itu harus diselang-seling dengan penerjemahan oleh dosen
ushul fiqh kami. Tibalah waktunya untuk bertanya, beberapa orang unjuk tangan
dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan mengenai al-Qur’an dan ushul fiqh, pertanyaan tentang kedua hal
tersebut tidak pernah berhenti, selesai dijawab satu, pertanyaan yang lain
bermunculan kembali.
Aku sendiri memberanikan
diri unjuk tangan beberapa kali tapi tak pernah ditunjuk, sampai pada akhirnya
aku terpilih sebagai penanya. Kalau teman-temanku bertanya dengan bahasa arab,
maka bahasa inggris menjadi pilihan mediator pertanyaanku “ I’m so sorry to
my friends, perhaps my question was so boring, because we’ve discuss in in the
class. Well regarding to the question,
“is the holy qur’an scientific book or no? I just want to know your
opinion, because we know that, there is opinion, if all of the modern theories
of science dan modern findings today, there is in qur’an. And we know that,
there are many types of verses in the qur’an, like ayatul ahkam dan ayatul
kauniyah, so my question is special for
ayatul kauniyah, who’s the explainator of this verses?
Pertayaanku kemudian
dijawab bahwa, ada sebagian ulama memang meyakini bahwa al-Qur’an memang kitab
ilmiah (scientific book), mereka berargumen dengan ayat bahwa al-qur’an
memang penjelas dari segala sesuatu, juga tidak ada yang basah dan kering
kecuali ada dalam al-Qur’an. Kelompok ini berusaha menjelaskan
penemuan-penemuan ilmiah sesuai dengan al-Qur’an. Misalnya teori terbentuknya
alam ini, yaitu teori big –bang, hal ini sesuai dengan ayat yang mengatakan
bahwa langit dan bumi itu awalnya satu.
Tetapi kemudian
mayoritas ulama menyatakan al-qur’an bukanlah kitab ilmiah tetapi kitab
hidayah. Kitab untuk menunjukkan manusia kepada Tuhan, tetapi ada hal-hal lain
dalam sains yang bisa menyampaikan kepada Tuhan, karena itulah kemudian
al-Qur’an menyebutkannya. Sebagaima ketika seorang guru matematika berbicara
ketika mengakhiri pelajaran “semuanya telah saya jelaskan” semua disini bukan
berarti seluruh pelajaran diluar matematika, tentunya semua di sini adalah
semua materi tentang matematika, begitu juga dengan al-qur’an yang merupakan
penjelas dari segala sesuatu, segala disini bukanlah diluar hidayah, tetapi
semua yang berkaitan dengan hidayah untuk sampai kepada Tuhan,
Selain itu masalah
penting yang terjadi jika menganggap al-Qur’an adalah kitab Ilmiah adalah, kita
ketahui sains selalu ada perubahan, bukan lah sesuatu yang final, kalau
dibilang teori sains tersebut ada dalam al-Qur’an maka nantinya ketika teori
itu berubah, maka sama saja mengatakan al-Qur’an tidak benar.
Adapaun pertanyaanku yang terkait dengan
siapakah yang akan menjelaskan ayat-ayat kauniyhah, Dr. karim mengatakan,
tentunya para mufassir dengan mengambil dari riwayat-riwayat, lalu para
mufassir juga tidak menjelaskan satu opsi atau satu makna tetapi beberapa
kemungkinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar