Jumat, 05 Desember 2014

Al- Qur’an Tak Perlu Diragukan

www.indiamuslim.com
Al- Qur’an Tak Perlu Diragukan

Pagi ini kelas pak zuhdi di awali presentasi dari kelompok Mustafa aqil, hamdan, dan lala. Sayangnya lala tidak ada karena ia pulang kampung. Kelompok ini membahas kemukjizatan al- Qur’an. Persentase yang menarik, kami ditunjukkan beragam aspek kemukjizatan al-Qur’an yang ada pada seluruh sisi, mulai dari bahasanya, maknanya, bunyinya, dan lain-lain. Sungguh kitab dengan kemukjizatan yang luar biasa, bukti kerasulan Muhammad Saw.

Persentase usai, namun tangan-tangan para cerdik pandai, teman-temanku terjunjung tinggi ke atas, ekspresi yang aku tangkap, ingin rasanya mereka segera memberikan kritik, pertanyaan, komentar dan sebagainya, sebagai pertanda mahasiswa yang memang hidup. Mereka satu persatu memberikan pertanyaan, sementara para pemateri memberikan jawabannya. Sesekali kelas riuh oleh teriakan dan tertawaan akibat kekoplakan yang ditampilkan para pemateri. Walhasil kelas juga ramai, sesak, dijejali kritikan, protes, dan sebagainya.

Sebelumnya satu hal yang menimbulkan kontroversial, pendapat pemateri yang mengatakan bahwa ketika Tuhan memberikan tantangan pada orang-orang kafir untuk melawan al- Qur’an dengan membuat semisal al-Qur’an, sungguh orang-orang kafir tidak akan mampu, karena Tuhan akan menjaga al-Qur’an dengan melemahkan potensi manusia untuk melawan. Pernyataan pemateri ini sontak memunculkan tanggapan “kalau seperti itu Tuhan tidak Gentle donk,,, dia yang menantang, kenapa dia yang melemahkan manusia untuk melawan. Lalu terkait juga dengan pernyataan pemateri tentang al-Qur’an lebih mulia, berarti Tuhan telah melakukan diskriminasi terhadap kitab-kitab yang lainnya. Tanggapan di atas cukup liberal, tanggapan itupun langsung disanggah oleh pemateri. Bahwa maksudnya tersebut bukanlah seperti itu.

Ada juga pertanyaan terkait  apakah al-Qur’an adalah kitab ilmiah? Karena ada pendapat bahwa semua penemuan ilmiah ada dalam al-Qur’an. Pertanyaan tentang apakah al-qur’an adalah kitab ilmiah cukup membuat suasana kelas memanas dan debat yang berkepanjangan hingga berakhir dengan tanggapan bahwa al-qur’an bukanlah kitab ilmiah tapi memberikan isyarat ilmiah.

Lalu menurutku juga “jika saja al-Qur’an memuat seluruh pedoman kehidupan manusia secara gamblang sampai pada penjelasan-penjelasan masalah yang kecil secara sangat gamblang, maka untuk apa  diciptakan akal kepada manusia, sebagai media untuk menjelajahi hutan hikmah yang tersimpan dalam al-Qur’an. Tak perlu lagi manusia berfikir, ia cukup membuka al-Qur’an  dan tahu untuk melakukan sesuatu, namun bisa dibayangkan al-Qur’an memiliki tebal dan panjang bak lautan tak bertepi”.

Kemudian kelas akhirnya ditutup oleh pak zuhdi dengan pernyataan bahwa al-qur’an bukanlah kitab ilmiah tetapi memberikan isyarat ilmiah.

Hari selanjutnya, kelas pak zuhdi terus yang kami ikuti, maklumlah kami harus mengganti kelas-kelas yang memang pada waktu normal pak zuhdi tidak datang. Pada pertemuan kali ini, kelas berubah menjadi kelas yang penuh kecurigaan, keraguan, akan keotentikan al-Qur’an jauh dari tahrif atau perubahan. Merujuk kepada sejarah yang mudah sekali  dirubah, bisa jadi al-Qur’an juga mengalami hal tersebut, berbagai  materi disampaikan para pemateri yang intinya menguatkan bahwa al-Qur’an memang jauh dari tahrif.

Namun kemudian para mahasiswa mencoba menanyakan hal-hal yang mensinyalir adanya pentahrifan al-Qur’an, “injil saja mengalami pentahrifan, bagaimana dengan al-qur’an” walhasil gara-gara pertanyaan ini kelas riuh, karena pemateri tidak memberikan jawaban yang kuat, para mahasiswa juga menyela jawaban pemateri seenaknya, walhasil moderator dengan sigap menenangkan dengan menunda jawaban pertanyaan tadi yang lebih menyakinkan nantinya jawaban dosen kami pak zuhdi. Jurus yang selalu dipakai ketika jawaban terasa  hambar, “kita serahkan kepada dosen kita untuk menjawab nantinya” hehehehe,,, selalu begitu.

Jawaban pak dosen pun sama, bahwa al-Qur’an tidak diragukan lagi keotentikannya, bukankah Tuhan juga telah menjamin akan hal itu, lalu terkait dengan penggunaan kata kami sebagai penurun al-qur’an dan kamilah yang  menjaganya, yang mengisyaratkan keterlibatan manusia, malaikat dan yang lainnya dalam penjagaan al-Qur’an. Yang menjadi pertanyaan kata Pak Zuhdi apakah Tuhan butuh manusia dan malaikat  untuk menjaga al-Qur’an, bukankah Tuhan tidak butuh kepada apapun? Kelas ditutup dengan pertanyaan tak terjawab, namun dalam hatiku aku menjawab, lalu kenapa Tuhan harus memberikan manusia amanat untuk mengelola bumi, kenapa tidak Tuhan sendiri yang mengelola bumi ini. Tidak jauh-jauh kenapa Tuhan memerintahkan malaikat sebagai penghantar wahyu kenapa tidak Tuhan sendiri?  Jawabanku dengan gaya bertanya ini cukup memberikan jawaban tentang keterlibatan manusia dan malaikat dalam penjagaan al-Qur’an.

Lalu di hari berikutnya, cahaya kejelasan muncul, tatkala “iranman” hehe,,,,begitulah panggilan akrab yang disandangkan teman-temanku kepada orang-orang iran yang datang ke kampus. Well “ Iranman” datang ke kampus, sehingga pelajaran ushul fiqh harus berganti dengan mengikuti kuliah mendadak dari Dr. Karim Haidar, nama asli dari “iranman” yang satu ini.

Meski kami harus meninggalkan kelas ushul fiqh, tetapi dosen pengampu ushul fiqh juga menghadiri kuliah ini, ia sebagai translator handal yang menguasai 3 bahasa arab, inggris, dan Persia.

Semarak………..hanya sekitar 30 menit Dr. Karim menjelaskan tentang al-Qur’an dan beberapa kaidah ushul fiqh dengan berbahasa arab dan sedikit potongan-potongan kalimat dengan berbahasa inggris. Dan itu harus diselang-seling dengan penerjemahan oleh dosen ushul fiqh kami. Tibalah waktunya untuk bertanya, beberapa orang unjuk tangan dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan mengenai al-Qur’an  dan ushul fiqh, pertanyaan tentang kedua hal tersebut tidak pernah berhenti, selesai dijawab satu, pertanyaan yang lain bermunculan kembali.

Aku sendiri memberanikan diri unjuk tangan beberapa kali tapi tak pernah ditunjuk, sampai pada akhirnya aku terpilih sebagai penanya. Kalau teman-temanku bertanya dengan bahasa arab, maka bahasa inggris menjadi pilihan mediator pertanyaanku “ I’m so sorry to my friends, perhaps my question was so boring, because we’ve discuss in in the class. Well regarding to the question,  “is the holy qur’an scientific book or no? I just want to know your opinion, because we know that, there is opinion, if all of the modern theories of science dan modern findings today, there is in qur’an. And we know that, there are many types of verses in the qur’an, like ayatul ahkam dan ayatul kauniyah, so my question is special  for ayatul kauniyah, who’s the explainator of this verses?

Pertayaanku kemudian dijawab bahwa, ada sebagian ulama memang meyakini bahwa al-Qur’an memang kitab ilmiah (scientific book), mereka berargumen dengan ayat bahwa al-qur’an memang penjelas dari segala sesuatu, juga tidak ada yang basah dan kering kecuali ada dalam al-Qur’an. Kelompok ini berusaha menjelaskan penemuan-penemuan ilmiah sesuai dengan al-Qur’an. Misalnya teori terbentuknya alam ini, yaitu teori big –bang, hal ini sesuai dengan ayat yang mengatakan bahwa langit dan bumi itu awalnya satu.

Tetapi kemudian mayoritas ulama menyatakan al-qur’an bukanlah kitab ilmiah tetapi kitab hidayah. Kitab untuk menunjukkan manusia kepada Tuhan, tetapi ada hal-hal lain dalam sains yang bisa menyampaikan kepada Tuhan, karena itulah kemudian al-Qur’an menyebutkannya. Sebagaima ketika seorang guru matematika berbicara ketika mengakhiri pelajaran “semuanya telah saya jelaskan” semua disini bukan berarti seluruh pelajaran diluar matematika, tentunya semua di sini adalah semua materi tentang matematika, begitu juga dengan al-qur’an yang merupakan penjelas dari segala sesuatu, segala disini bukanlah diluar hidayah, tetapi semua yang berkaitan dengan hidayah untuk sampai kepada Tuhan,

Selain itu masalah penting yang terjadi jika menganggap al-Qur’an adalah kitab Ilmiah adalah, kita ketahui sains selalu ada perubahan, bukan lah sesuatu yang final, kalau dibilang teori sains tersebut ada dalam al-Qur’an maka nantinya ketika teori itu berubah, maka sama saja mengatakan al-Qur’an tidak benar.


 Adapaun pertanyaanku yang terkait dengan siapakah yang akan menjelaskan ayat-ayat kauniyhah, Dr. karim mengatakan, tentunya para mufassir dengan mengambil dari riwayat-riwayat, lalu para mufassir juga tidak menjelaskan satu opsi atau satu makna tetapi beberapa kemungkinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar