Rabu, 22 Maret 2017

Sajak-Sajak Pendosa


Malu kulafadzkan ayat-ayat suci kitabMu
Malu kutengadahkan kaki dan tanganku
Malu kukabarkan keadaan dan risau hatiku
Mengingat janji mengingat dosa
Segaja melupa
Melakoni nafsu syaithan
berpaling dariMu Tuhan
Padahal ku tahu
Kau melihatku mendengkiku memurkaiku
Aku telah terkerangkeng Nafsu
Hingga buta tuli dan bisu
Kini kemana kuhadapkan muka
Tak mungkin jua bersama Pendusta
Sang Syaithan penabur ilusi semata
Kini hanya padaMu padaMu dan kepadaMU
Aku kembali mengharap belas kasihMu
Melimpah ruahkan AmpunanMu
Mengatur kerancuan pikiranku
Menetralisir keracunan jiwaku
Menerangi kegelapan hatiku
Terimalah Taubatku



Minggu, 19 Maret 2017

Proposal Skripsi Lebih Sulit dari Ijab Qabul





Sudah jauh-jauh hari kuumbar rencana masterpiece skripsiku di sosial media. Bumbu manis untaian kata yang tersematkan pada gambar judulku, kini hanya sesumbar semata. Sampai saat ini, tanganku tak jua kuasa merajut kata. Hanya delapan lembar, delapan lembar kalimat-kalimat rapuh tak berdasar referensi atau pun sumber jelas; hanya buah pikir yang coba kucari celahnya, celah dimana bata-bata referensi mampu menyokongnya. Tapi tetap jua, hanya asa yang sudah meninggi, tapi gerak masih dalam mimpi.

Huchhh…..proposal skripsi. Entah kenapa rasa malas itu selalu menghigapi; mungkin memang tepat film-film atau novel-novel yang bercerita mengenai mahasiswa yang tak kunjung usai skripsi. Tidak lain karena rasa malas, dan juga godaan-godaan kegiatan yang selalu datang saat tangan sedang asyik merealitakan pikiran.

Atau mungkin karena sesumbarku, mungkinkah harus kupendam, niat awal ingin memotivasi diri, sayang malah tercebur dalam lumpur kemalasan, naasnya, aku asyik berenang bak babi yang telah lama merindu lumpur.

Ah, aku ini, aku terus saja berdoa kepada-Nya, berharap proposalku dilancarkan, bagaimana bisa dilancarkan sementara aku terbuai dalam tiupan segarnya hari. Aku tahu, aku harus segera bergerak, tapi ketahuanku  seakan hanya tahu.

Baru ku tali kata per kata, pikiran melayang entah kemana. Baru ku kait ide-ide di pagi buta, belum sempat menjelas, ku sudah bergegas lepas mencari kegembiraan yang ditawarkan hari; hingga aku lupa bahkan sengaja lupa; target tanggal 14 proposal skripsi sudah selesai, malah hampir mencapai tanggal 20 bulan maret ini tubuhku tak goyah dalam kemalasannya.

Hingga dalam pikiranku melintas, “Proposal Skripsi Lebih Sulit dari Ijab Qabul”……..

Satu hal yang aku percaya, proposal skiripsi tak akan menjadi, tanpa diri ini bergerak tanpa henti, untuk mengejar bulan mei; bulan dimana deadline proposal skripsi dipatok sekuat-kuatnya. Karena itu, mengawali pergerakan diri untuk proposal skripsi, ku tulis gelisah hati ini, agar ia tak terpendam, tidak larut dalam alirah darahku, biarlah ia terbuang, hingga tinggal hanya gerakan, gerakan merubah diri, menyelesaikan proposal skripsi.
Semangat…semangat…semangat….!!!



Sumber Foto: https://i0.wp.com/icampusindonesia.com/wp-content/uploads/2016/03/skripsi-mojok.jpg?fit=850%2C532

Jumat, 17 Maret 2017

10-12 Maret 2012; Tiga Hari Mengait Jala Silaturrahim


Tiga hari yang menyibukkan, tiga hari bersejarah bagiku, anak muda dengan umur jagung, dihadapkan momen-momen penting organisasi; aku yang tergabung dalam himpunan mahasiswa Nahdlatul Wathan (HIMMAH NW) Cabang Jakarta yang merupakan badan otonom dari organisasi Nahdlatul Wathan—satu  dari ormas Islam yang ada di Indonesia—mengikuti kegiatan-kegiatan silaturrahim yang dilakukan PBNW kepada ormas-ormas seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

10 Maret 2017, aku dan kawan-kawan  bergegas menuju STAI al-Aqidah al-Hasyimiyah, tempat dimana ketua HIMMAH NW Cabang Jakarta meminta dijemput guna berangkat bersama ke Kantor Pusat Muhamadiyah, tempat diselenggarakannya Mou antara PBNW dengan PP Muhamadiyah. Sayang, kehadiranku dan kawan-kawan tidak tepat waktu, apalagi aku yang harus berkelabat mencari tempat beli pulsa, kuota yang sudah sekarat tidak mungkin bisa menyiarkan acara.

Setelah  kubereskan segala masalah mengenai kuota, dorongan pintu auditorium kantor pusat muhamadiyah seakan menjadi tanda berakhirnya doa dan berakhir acara Mou tersebut; momen penting itu tidak bisa kuabadikan, hanya remah-remah acara yang dilanjutkan dengan wawancara sekilas. Tak mengapa, karena hari itu cukup membuat bahagia, disebabkan pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh besar baik dari PBNW dan PP Muhamadiyah.

Di lain sisi, berakhirnya acara itu tidak membuat kami jera, seperti sudah layar terkembang pantang untuk mundur kembali, bagi kami yang meronta akan eksistensi demi kemajuan organisasi, menembus batas-batas malu untuk organisasi adalah sebuah kewajiban; hal itu pula yang membuat aku dan kawan-kawan memutar kata, beretorika, tapi tetap dengan niat yang memang baik, ingin berjumpa dengan tokoh-tokoh PBNW.

Setelah berunding dan mencoba mengkonfirmasi, tepat disaat raga sudah mengganggap pertemuan yang kami nafsui itu tidak akan merealita, pesan pertanda konfirmasi datang; aku dan kawan-kawan lalu melesat menuju Wisma NTB, tempat bermalamnya para Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Jakarta.

Apa yang kami harapkan terwujud juga, kami lalu bertemu dengan TGH. Hasanain Juaini, LC, MH., dengan hebatnya memupuk semangat kami para generasi muda, ide-ide briliannya, kepeduliannya kepada generasi muda; kami menawarkan acara “Istiqlal Berhizib”, Ia malah menawarkan kegiatan Camping untuk pemuda Internasional, dalam rangka promosi pariwisata halal NTB; buzzzzzzzzz……….menarik sekali tawaran tersebut. Ia menambahkan kalau kami bisa melakukan itu dignity kalian akan terlihat.

Usai TGH. Hasanain Juaini, Giliran TGH. Yusuf Makmun yang kami datangi, banyak petuah-petuah dan pesan-pesan yang kami dapatkan, hampir satu jam lamanya kami berbincang-bincang, perut kami dikocok pula dengan berbagai cerita yang sangat lucu. Bincang-bincang itu pun kami tutup dengan shalat Isya Berjamaah.

11 Maret 2017, menyambung informasi dan permintaan TGH. Hasanain Juaini yang mengabarkan adanya silaturrahim kepada PBNU, ia meminta kami hadir untuk meramaikan; lagi-lagi aku melesat bersama kawan-kawan menuju Kantor PBNU. Di sana, di luar prediksi, ternyata yang boleh masuk dalam ruangan hanyalah segelintir orang, Alhamdulillah…..beruntung sekali diriku bisa menjadi bagian dari segelintir orang tersebut. Aku diperbolehkan mendokumentasikan, bahkan mendengar dengan jelas maksud silaturrahim PBNW kepada PBNU; bahkan melihat dengan jelas respon dari ketua umum PBNU, KH. Aqil Siradj; momen berharga bagiku, setidaknya bisa aku ceritakan kepada cucu-cucuku di kemudian hari.

Ah….kadang berfikir, semoga ketiban jadi orang besar, karena sering bertemu sama orang-orang besar. Hari ini tidak cukup pertemuan dengan PBNU, ternyata malam harinya aku dan kawan-kawan juga harus menginap di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan yang ada di Cakung, untuk bertemu dengan KH. Suhaidi guna membahas pelantikan dan Wapa I HIMMAH NW Jakarta di Pesantren Tersebut; silaturrahim itu sangat berharga bagiku dan kawan-kawan, seorang KH. Suhaidi menganggap kami sebagai seorang adik yang perlu diayomi, bahkan ia meminta untuk berkata secara blak-blakan saja, ia meminta kami sebagai generasi muda yang berani.
Jam terus berputar, usai bertemu kyai, kamar khusus tamu masih menyala sampai jam setengah tiga, kami habiskan malam itu dengan bincang-bincang multitopik, mulai dari pergerakan bahkan sampai mengenai perempuan.

12 Marett 2017, Mobil kami kebut menuju Taman Mini Indonesia Indah, meski muka masih pajangkan ekspresi nikmatnya berlayar di lautan kapuk, kami tetap melaju untuk menghadiri pementasan seni suku sasak, yakni peresean yang diorganisir oleh anak-anak Merang Sasaq. Cukup menghibur kami, bahkan ada berbagai tarian dari para remaja-remaja cantik, sempat foto bersama pula.

Hari –hari yang melelahkan namun berkesan, setidaknya nikmat pergerakan dapat kami cicipi.
Salam Pergerakan; Kompak, Utuh, Bersatu

Salam Perjuangan; Yakin, Ikhlas, Istiqamah

Kembali Menata Hati dengan Tulisan


Sudah kesekian kalinya penaku tak bergerak, kudiamkan berkarat, tak ku alirkan tinta-tintanya di atas kertas putih, tak kurangkai kata-kata yang bersilewaran di kepalaku ataupun ide-ide yang menyelinap. Hingga akhirnya kini kucoba seruakkan, ingin ku semburatkan penatnya hari-hari. Ingin kuteriakkan panasnya kehidupan melalui rangkaian kata membentuk tatanan kalimat-kalimat, paling tidak jika tidak ada yang membaca, cukuplah penghibur dan pembuang segala gelisah, risau, dan kegalauan yang merusak tatanan kehidupan jiwa. 

Fotografer: Mariatul Aini

Jumat, 10 Maret 2017

Alimuddin: "Kita Tak Punya Senior, Tapi Kita Punya Tuhan"

JAKARTA . Ketua Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan Cabang Jakarta, Alimudin  menyatakan  sekalipun Himmah NW Cabang Jakarta tidak memiliki senior tapi Himmah NW memiliki Tuhan. Pernyataan itu disampaikan saat silaturrahim pengurus cabang ke  Komsat STAI al-Aqidah al-Hasyimiyah, Jakarta Timur, Jumat (10/03).

Paradigma kuno berorganisasi yang masih dipegang sebagian himpunan mahasiswa; yang merasa bisa eksis kalau ada senior yang memiliki posisi di pemerintahan dibongkar dengan pernyataan Alimudin.

Himmawan asal Sulawesi ini menambahkan bahwa kemajuan atau keaktifan organisasi tidak dilihat dari senior tapi produktifitasnya. karena itu, Mahasiswa S2 Universitas asy-Syafiiyah ini menantang komsat al-Aqidah al-Hasyimiyah untuk membuat kegiatan-kegiatan tanpa perlu memikirkan dananya darimana; cabang bahkan dana pribadi siap digelontorkan

PWNW Jakarta Respon Positif Mou PBNW dengan PP Muhammadiyah

JAKARTA. Ditemui selepas acara penandatanganan nota kesepahaman antara PBNW dengan PP Muhammadiyah, di Kantor Pusat PP Muhammadiyah,  Muslihan Habib, Pengurus wilayah NW Jakarta memberikan respon positif terhadap kerjasama tersebut.

Menurutnya hal itu patut syukuri; mengingat komunikasi yang terbangun antara PBNW dan PP Muhammadiyah terbilang singkat namun mendapat respon yang cepat; "perlahan tapi pasti, ini mengarah kepada kemajuan, itu patut disyukuri" ungkap Kepala Sekolah SMA NW Jakarta ini.

lebih lanjut, kerjasama ini akan memperkuat hubungan antara PBNW dengan PP Muhamadiyah; dan Nahdlatul Wathan akan banyak belajar kepada seniornya. Jumat, (10/03). 3L