Seminggu
lebih waktu yang singkat bila digunakan untuk bersenang-senang, tetapi waktu
yang cukup lama jika disi dengan hal-hal positif, hal yang membawa
keberkahan pada diri. Karena alangkah merugi, jika tak ada apapun yang bisa
kita pelajari setiap hari.
Itulah
yang kemudian membuatku mulai merangkai kata, menelisik satu ayat kitab suci,
berharap inspirasi dan hal-hal baru terserap oleh pikirku. Bukankah al-Qur’an
adalah kitab petunjuk? Petunjuk itulah yang kuharapkan muncul menjadi sikap
dalam kehidupan ini.
Sebuah
ayat dari surah ar- Rum, tepatnya ayat ke 42 yang berbunyi,
Katakanlah
(Muhammad), “bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang
dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”
Sebuah
ayat yang mengajak untuk berpetualang, bepergian pada bumi Allah ini, bepergian
bukan sekedar bepergian, tetapi bepergian untuk belajar, untuk mengetahui apa
yang terjadi pada orang-orang dahulu, yang ternyata banyak dari mereka
mempersekutukan Allah.
Aku
mulai berfikir, memang apa yang terjadi kepada mereka? kenapa banyak dari
mereka mempersekutukan Allah, apakah itu sebuah kesalahan?
Baiklah,
mari menelusuri penjelasan Syaikh Wahbah al- Zuhaili, terkait ayat ke 42 surah
ar-Rum ini. sebelum beranjak lebih jauh, Surah ar-Rum termasuk ke dalam surah
makiyah dengan jumah ayat sebanyak 60 ayat. Berbicara makiyah, maka
pembahasan-pembahan yang ada pada surah ini menyangkut tentang akidah, iman,
tauhid, balasan di akhirat dan sebagainya. Bisa disimpulkan ayat ke 42 surah
ar-Rum ini pun demikian, terkait dengan pembahasan-pembahasan ini.
Semisal
mempersekutukan Allah, itu berarti tidak bertauhid, ini menunjukkan banyak dari
orang-orang terdahulu tidak bertauhid, menunjukkan pula banyak dari mereka
menolak rasul-rasul Allah, yang membawa ajaran tauhid. Apakah benar demikian?
Biarkan tafsir Syaikh Wahbah al-Zuhailli berbicara.
Syaikh
Wahbah al- Zuhaili mengelompokkan ayat ini ke dalam ayat terkait balasan bagi
para Mufsidin (perusak) dan orang-orang kafir serta balasan bagi orang-orang
yang beriman. Menurut syaikh, ayat ini terkait perintah Allah kepada rasulullah
untuk menyampaikan kepada orang kafir, para perusak dan orang-orang musyrik
untuk bepergian ke negeri mereka lalu
melihat dengan penuh perhatin, melakukan penelitian mengenai apa yang menimpa umat-umat
terdahulu, bagaimana Allah menghancurkan mereka karena kekafiran dan kejelekan
amal mereka.
Apa
yang bisa kita dapatkan dari penjelasan ini? kita bisa melihat bagaimana cara
Allah menyadarkan orang-orang kafir, mereka diminta untuk menyaksikan sendiri
bagaimana orang-orang terdahulu dihancurkan, yang menunjukkan bukti kebenaran
dan kekuasaan Allah. Mereka diminta melihat dan meneliti sejarah.
Tepat
sekali, sejarah, ya, memang benar demikian, sejarah adalah sesuatu yang penting
bagi kita. Sejarah menjadi ajang pembelajaran bagaimana menghadapi kehidupan.
Sejarah menjadi acuan kesalahan yang dilakukan orang-orang terdahulu tidak kita
lakukan, dan kebaikan mereka bisa kita praktikkan. Nilai-nilai kehidupan,
kebaikan, kesopanan, adab, itulah yang kita tarik dari sejarah, bukan malah
terpaku pada aksesoris-aksesoris manusia masa lalu, lalu kita hiaskan pada
diri. Bukan itu yang kita hiaskan, yang penting adalah menghiaskan nilai-nilai
kehidupan, kebaikan, kesopanan, dan adab-adab yang baik dari manusia masa lalu.
Intinya, mari melihat sejarah, dan jangan salah kaprah terhadap sejarah.
Sumber Foto:
http://cdn2.tstatic.net/travel/foto/bank/images/ilustrasi_20170122_200218.jpg