Selasa, 08 Agustus 2017

Lihatlah Sejarah, tapi Hindari Salah Kaprah Pada Sejarah



Seminggu lebih  waktu yang singkat bila digunakan untuk bersenang-senang, tetapi waktu yang cukup lama jika  disi dengan hal-hal positif, hal yang membawa keberkahan pada diri. Karena alangkah merugi, jika tak ada apapun yang bisa kita pelajari setiap hari.

Itulah yang kemudian membuatku mulai merangkai kata, menelisik satu ayat kitab suci, berharap inspirasi dan hal-hal baru terserap oleh pikirku. Bukankah al-Qur’an adalah kitab petunjuk? Petunjuk itulah yang kuharapkan muncul menjadi sikap dalam kehidupan ini.

Sebuah ayat dari surah ar- Rum, tepatnya ayat ke 42 yang berbunyi,
   
Katakanlah (Muhammad), “bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”

Sebuah ayat yang mengajak untuk berpetualang, bepergian pada bumi Allah ini, bepergian bukan sekedar bepergian, tetapi bepergian untuk belajar, untuk mengetahui apa yang terjadi pada orang-orang dahulu, yang ternyata banyak dari mereka mempersekutukan Allah.

Aku mulai berfikir, memang apa yang terjadi kepada mereka? kenapa banyak dari mereka mempersekutukan Allah, apakah itu sebuah kesalahan?

Baiklah, mari menelusuri penjelasan Syaikh Wahbah al- Zuhaili, terkait ayat ke 42 surah ar-Rum ini. sebelum beranjak lebih jauh, Surah ar-Rum termasuk ke dalam surah makiyah dengan jumah ayat sebanyak 60 ayat. Berbicara makiyah, maka pembahasan-pembahan yang ada pada surah ini menyangkut tentang akidah, iman, tauhid, balasan di akhirat dan sebagainya. Bisa disimpulkan ayat ke 42 surah ar-Rum ini pun demikian, terkait dengan pembahasan-pembahasan ini.

Semisal mempersekutukan Allah, itu berarti tidak bertauhid, ini menunjukkan banyak dari orang-orang terdahulu tidak bertauhid, menunjukkan pula banyak dari mereka menolak rasul-rasul Allah, yang membawa ajaran tauhid. Apakah benar demikian? Biarkan tafsir Syaikh Wahbah al-Zuhailli berbicara.

Syaikh Wahbah al- Zuhaili mengelompokkan ayat ini ke dalam ayat terkait balasan bagi para Mufsidin (perusak) dan orang-orang kafir serta balasan bagi orang-orang yang beriman. Menurut syaikh, ayat ini terkait perintah Allah kepada rasulullah untuk menyampaikan kepada orang kafir, para perusak dan orang-orang musyrik untuk bepergian ke negeri  mereka lalu melihat dengan penuh perhatin, melakukan penelitian  mengenai apa yang menimpa umat-umat terdahulu, bagaimana Allah menghancurkan mereka karena kekafiran dan kejelekan amal mereka.

Apa yang bisa kita dapatkan dari penjelasan ini? kita bisa melihat bagaimana cara Allah menyadarkan orang-orang kafir, mereka diminta untuk menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang terdahulu dihancurkan, yang menunjukkan bukti kebenaran dan kekuasaan Allah. Mereka diminta melihat dan meneliti sejarah.

Tepat sekali, sejarah, ya, memang benar demikian, sejarah adalah sesuatu yang penting bagi kita. Sejarah menjadi ajang pembelajaran bagaimana menghadapi kehidupan. Sejarah menjadi acuan kesalahan yang dilakukan orang-orang terdahulu tidak kita lakukan, dan kebaikan mereka bisa kita praktikkan. Nilai-nilai kehidupan, kebaikan, kesopanan, adab, itulah yang kita tarik dari sejarah, bukan malah terpaku pada aksesoris-aksesoris manusia masa lalu, lalu kita hiaskan pada diri. Bukan itu yang kita hiaskan, yang penting adalah menghiaskan nilai-nilai kehidupan, kebaikan, kesopanan, dan adab-adab yang baik dari manusia masa lalu. Intinya, mari melihat sejarah, dan jangan salah kaprah terhadap sejarah.

Sumber Foto:
http://cdn2.tstatic.net/travel/foto/bank/images/ilustrasi_20170122_200218.jpg



Tidak ada komentar:

Posting Komentar