Jumat, 23 Januari 2015

Malming Murah Meriah

Tiba-tiba saja rasa bosan menyelinap dalam diriku, malam minggu sepertinya menawarkan sensasi berbeda di luar asrama. Setelah  menyelesaikan bacaan al-Qur’anku, redo fernando salah seorang teman asramaku, aku paksa meminjam sepeda, kita coba melihat suasana malam mingguan di sekitar jalanan sekitar asrama.
Tak cukup redo, saleh pun ikut jua terkena bujukanku, kami lalu bergegas mengayuh sepeda kami ke arah depok. Aku menjadi garda terdepan. Karena aku memang sudah melewati jalan yang dilalui ini. tiga buah sepeda langsung menjajaki aspal malam mingguan jalanan sekitaran lebak bulus sampai pondok labu.
Mobil-mobil berhenti karena lampu merah, aku langsung meluncur dari arah tengah sisi kanan mobil tanpa hambatan, meskipun aku kembali ke sisi kiri, tidak ada hambatan juga, sayangnya orang itu dengan sepeda motornya meyelinap dari arah mobil yang diam, hampir saja sepedaku menabraknya, beruntung secepat kilat aku rem.
Hanya beberapa menit, aku sudah sampai di perempatan, redo dan saleh menyusul. Di setiap sisi jalan tampak para pedagang menjajakan barang dagangannya, aneka makanan, minuman, dan buah-buahan terhias, ingin rasanya membeli, namun lagi-lagi kendala finansial menyebabkan kami hanya berlalu.
Beberapa kali aku berhenti menengok redo dan saleh yang berada di belakang, mereka cukup jauh di belakangku, aku tidak tahu saleh selalu menjadi yang ditunggu, ada masalah apa dengan sepedanya? Namun sesekali ia melesat mendahuluiku, tapi kembali menjadi yang terbelakang.
Gairah minum es capuccinoku muncul ketika sampai di jalan biasa tempat aku membeli es itu, aku mengajak redo untuk mampir sebentar, tapi lagi-lagi alasan klasik itu muncul, “perjalanan kita masih jauh, nanti saja di Pondok Labu”. Kami lanjutkan perjalanan, di beberapa sisi jalan tampak restoran kecil dan warung kopi berjejeran, begitu juga dengan counter-counter yang banyak di sana- sini.
Beberapa anak muda terlihat sedang asyik nongkrong di beberapa pojok jalan yang menyediakan tempat duduk, lalu setelah melewati jalur sepi tanpa penerangan, kami akhirnya sampai di Pondok Labu, di sini para pedagang tambah banyak, karena memang pasar. Sebuah gedung taman berdiri bercahaya memendarkan cahaya-cahaya lampu yang menghiasinya, aku ingin masuk untuk sekedar membeli jajan sambil duduk santai, namun melihat kondisi masuk ke areal sana yang harus melewati para satpam dan sistem parkir yang ketat, kayaknya ragu untuk masuk dengan sepeda.
Tanpa pikir panjang, cilok berkah di sisi jalan menuju asrama putri dekat aneka buana menjadi pilihan makanan murah meriah dan tempat nongkrong gratis, sekalipun rasanya tidak terlalu enak, tapi cukuplah menggoyang lidah ini. 
Tidak lama setelah itu, kami memutuskan untuk pulang ke asrama, perjalanan yang cukup menguras tenaga, bajuku basah oleh keringat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar