Minggu, 31 Juli 2016

Perbedaan Bahasa Kitab adalah Kebijaksanaan Tuhan



Sumber Foto: www.alkhoirot.com

Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa mereka berkata, “sesungguhnya al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad). “ Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar)kepadanya adalah  bahasa ‘ajam, padahal ini (al-Qur’an) adalah dalam bahasa Arab  yang jelas. (An- nahl ayat 103)

Ayat ini merupakan satu di antara beberapa ayat yang sama-sama berbicara mengenai al-Qur’an. Ayat ini digunakan sebagai counter-attack pendapat orang-orang yang meragukan keaslian  bahasa al-Qur’an. Sebagaimana kita ketahui, bahwa al-Qur’an menuturkan dalam ayatnya, bahwa al-Qur’an menggunakan bahasa Arab yang jelas.

Sekalipun begitu, para peneliti al-Qur’an menyebutkan ternyata al-Qur’an terdiri dari banyak bahasa, itu disebabkan karena ditemukan kata-kata dalam al-Qur’an yang sama dengan kata di luar bahasa arab. Sehingga benarlah kemudian, ayat tersebut menyebutkan bahwa Tuduhan orang-orang yang menyatakan, al-Qur’an yang dibawa oleh rRsulullah saw ini diajarkan oleh manusia biasa, bukan diajarkan Tuhan. Bisa jadi karena melihat bahasanya ada bahasa dari luar arab.

Namun, ada sebuah teori dalam bahasa, ketika kita mengadopsi bahasa asing, atau menjadikan kata-kata dalam bahasa asing sebagai bagian dari bahasa kita; dalam hal ini kita kenal dengan Arabisasi. Artinya menjadikan kata asing menjadi kata arab.


Nah, menjawab hasil penelitian para peneliti al-Qur’an tersebut, memang kalau ditelusuri secara mendalam kita akan menemukan beberapa kata dalam bahasa asing di luar arab masuk dalam al-Qur’an. Itu memang bukan hal yang terlalu mencengangkan, karena kita ketahui sendiri bagaimana sejarah peradaban bangsa arab, yang banyak bergumul dengan bangsa asing; Ketika sudah ada interaksi, maka mau tidak mau; satu, dua, tiga, dari kata-kata luar akan terserap.

Adapun, kata-kata yang terlihat asing di dalam al-Qur’an, sebenarnya sudah jauh lamanya ter-arabisasikan. Sehingga ia tetap disebut dengan  bahasa arab, bukan bahasa asing. Karena itu kemudian, al-Qur’an selalu menekankan bahwa ia memang menggunakan bahasa arab yang jelas. Barangkali ini yang bisa menjawab hasil temuan dari para peneliti dengan pernyataan-pernyataan yang ada dalam al-Qur’an.

Kemudian, jika memang ada pertanyaan, ada apa dengan bahasa arab? Kenapa bahasa arab sampai digunakan sebagai bahasa  al-Qur’an. Jawaban pertamanya, karena ia diturunkan kepada nabi yang hidup dalam zona arab, yang menggunakan bahasa Arab. Bagaimana seorang nabi yang berasal dari arab, malah mengajarkan kitab kepada orang arab, bukan dengan bahasa arab; apa jadinya? Jawaban ini cukup logis.

Kalau kita tarik lebih jauh, bahwa memang bahasa arab salah satu bahasa yang sangat kaya. Hal ini kemudian sesuai dengan al-Qur’an yang memiliki kandungan makna dzohir dan bathin yang banyak. Bayangkan saja, satu makna bathin al-Qur’an memiliki makna bathin-bathin yang lain juga. Tentu dibutuhkan sebuah bahasa yang bisa menampung hal tersebut; meski tidak sepenuhnya tertampung, disebabkan keluasan makna al-Qur’an.

Pertanyaan yang muncul kemudian, kenapa kitab-kitab yang lain tidak menggunakan bahasa arab saja, bukankah bahasa arab kaya makna? Nah, itu menunjukkan kemuliaan dari al-Qur’an itu sendiri, ia diberikan kepada seorang nabi penutup, nabi akhir zaman, yang sangat mulia; tentu ia akan menggunakan bahasa yang mulia juga. Jawaban ini mungkin terkesan mengangkat satu pihak.

Karena itu, lebih tepatnya kita kembali kepada jawaban pertama, bahwa memang agar pesan-pesan Tuhan bisa dimengerti dengan baik, maka tentu kitab itu harus disampaikan dengan bahasa yang dimengerti oleh audiens.


Pada akhirnya, kita menemukan kebijaksanaan Tuhan, untuk dimengerti oleh hamba-Nya, ia menggunakan bahasa hamba-Nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar