Senin, 01 Agustus 2016

Dua Hal dari Kisah Ibrahim as

Sumber Foto: nsqjuara.com


“Kekerasan” bentuk lahiriah akal yang terjerat Nafsu dan Membela Tuhan sama saja menjadikan-Nya berhala.

Maka dia (Ibrahim) menghancurkan (berhala-berhala itu) berkeping-keping, kecuali yang terbesar (induknya); agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, “siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang zalim. Mereka (yang lain) berkata, “kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini) namanya Ibrahim. Mereka berkata, “(kalau demikian) bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak, agar mereka menyaksikan.” Mereka bertanya, “apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?”. Dia (Ibrahim) menjawab, “sebenarnya (patung) itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata, sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri).” Kemudia mereka menundukkan kepala (lalu berkata) “engkau ( Ibrahim ) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara. Dia (Ibrahim) berkata, “mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat” (QS. al-anbiya (21): 58-68)

Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bagaimana nabi Ibrahim as menyadarkan kaumnya dengan cara yang brilian. Namun, kita juga melihat, bagaimana orang-orang yang sudah tersadarkan secara akalnya, tetapi masih dikuasai nafsu merespon kesalahan mereka.

Ibrahim as ingin menyadarkan kaumnya atas apa yang selama ini mereka sembah, benda yang tak bisa memberikan manfaat, benda mati yang tak bisa bergerak, tuhan-tuhan yang harus dibela dan dijaga oleh hamba-hamba mereka sendiri. Bagaimana bisa mereka disebut dengan “Tuhan”, jika ia dibuat oleh hambanya sendiri.

Bagi kita, manusia yang hidup di zaman modern,  tentu, tingkah kaum Nabi Ibrahim yang menyembah benda mati sangat tidak masuk akal, akal mereka tidak difungsikan kah? Kita bisa berkata begitu, tapi ini nyata terjadi di zaman nabi Ibrahim.  Bisa jadi akal mereka tertutup karena ketakutan mereka terhadap sosok Raja yang siap menghukum mereka jika berbeda keyakinan. Ataukah memang iya, akal mereka tidak difungsikan.

Karena itu kemudian, Ibrahim as menggunakan trik brilian, ia menghancurkan berhala-berhala mereka, dengan menyisakan berhala besar. Ibrahim ingin menjebak mereka. Benar sekali, melihat semua sesembahan mereka hancur berantakan, yang tersisa hanyalah berhala besar. Mereka memanggil Ibrahim as, karena hanya Ibrahim as, sosok masyarakat yang sangat tidak suka dengan sesembahan mereka.


Ibrahim as dipanggil, dibawa ke tengah massa yang banyak. Mereka menanyakan prihal hancurnya sesembahan mereka, dengan santai Ibrahim as menunjuk Berhala yang besar yang telah meluluhlantahkan sesembahan mereka. Tanyakan kepada mereka!

Seketika itu mereka tersadar, lalu menunduk, dan berkata kepada Ibrahim as bahwa sesembahan mereka sendiri tidak dapat berbicara dan berbuat apapun.

Bahasa tubuh yang mereka tunjukkan, dengan menunduk, menunjukkan sebenarnya mereka malu kepada Ibrahim as. Akal mereka sudah tersadarkan, bahwa memang sebenarnya apa yang mereka sembah tidak bisa mendatangkan manfaat, hanya benda mati saja.

Tapi, kesadaran mereka tak membawa mereka kepada jalan Ibrahim as, rasa malu, hawa nafsu yang mengikat mereka membawa mereka kepada jalan lain, yaitu kekerasan. Ibrahim diteriaki untuk dibakar.

Kita melihat, beginilah yang terjadi jika akal kita dikuasai hawa nafsu kita, segalanya akan merubah mengikuti jalan nafsu kita. jalan kekerasan salah satu bentuk yang paling rendah, dan paling banyak berlaku.

Banyak sekali terjadi di masa kita sekarang ini, kekerasan selalu menjadi jalan yang diambil, itu karena memang hawa nafsu telah menjerat erat akal pikiran mereka.  Teriakan kafir dan sesat kepada orang yang berlainan paham selalu kita baca dan dengar dari corong-corong media. Maka itu sebenarnya bukan karena akal pikiran, tapi karena hawa nafsu.

Hal yang lain yang bisa kita dapatkan bahwa, saya setuju dengan dengan perkatan Gus Dur, bahwa Tuhan tidak perlu dibela. Iya, Tuhan Yang Maha Besar, Maha Memiliki Segalanya, tidak perlu dibela, pembelaan terhadap-Nya sama saja membuat Tuhan menjadi rendah. Itu artinya Tuhan butuh kepada Makhluknya dan lemah. Maka tidak lain, membela Tuhan sama saja menjadikan-Nya berhala.  Ketahuilah, sebenarnya yang anda bela bukan Tuhan,  tetapi keyakinan anda.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar