Sumber Foto: nsqjuara.com |
“Kekerasan” bentuk lahiriah akal yang
terjerat Nafsu dan Membela Tuhan sama saja menjadikan-Nya berhala.
Maka dia
(Ibrahim) menghancurkan (berhala-berhala itu) berkeping-keping, kecuali yang
terbesar (induknya); agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata,
“siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh,
dia termasuk orang zalim. Mereka (yang lain) berkata, “kami mendengar ada
seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini) namanya Ibrahim. Mereka berkata,
“(kalau demikian) bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak, agar mereka
menyaksikan.” Mereka bertanya, “apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini
terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?”. Dia (Ibrahim) menjawab, “sebenarnya
(patung) itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka
dapat berbicara.” Maka mereka kembali kepada kesadaran mereka dan berkata,
sesungguhnya kamulah yang menzalimi (diri sendiri).” Kemudia mereka menundukkan
kepala (lalu berkata) “engkau ( Ibrahim ) pasti tahu bahwa (berhala-berhala)
itu tidak dapat berbicara. Dia (Ibrahim) berkata, “mengapa kamu menyembah
selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak
(pula) mendatangkan mudarat kepada kamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu
sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” mereka berkata, “Bakarlah dia dan
bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak berbuat” (QS. al-anbiya
(21): 58-68)
Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bagaimana nabi Ibrahim as
menyadarkan kaumnya dengan cara yang brilian. Namun, kita juga melihat,
bagaimana orang-orang yang sudah tersadarkan secara akalnya, tetapi masih
dikuasai nafsu merespon kesalahan mereka.
Ibrahim as ingin menyadarkan kaumnya atas apa yang selama ini
mereka sembah, benda yang tak bisa memberikan manfaat, benda mati yang tak bisa
bergerak, tuhan-tuhan yang harus dibela dan dijaga oleh hamba-hamba mereka
sendiri. Bagaimana bisa mereka disebut dengan “Tuhan”, jika ia dibuat oleh
hambanya sendiri.
Bagi kita, manusia yang hidup di zaman modern, tentu, tingkah kaum Nabi Ibrahim yang menyembah
benda mati sangat tidak masuk akal, akal mereka tidak difungsikan kah? Kita bisa
berkata begitu, tapi ini nyata terjadi di zaman nabi Ibrahim. Bisa jadi akal mereka tertutup karena
ketakutan mereka terhadap sosok Raja yang siap menghukum mereka jika berbeda
keyakinan. Ataukah memang iya, akal mereka tidak difungsikan.
Karena itu kemudian, Ibrahim as menggunakan trik brilian, ia
menghancurkan berhala-berhala mereka, dengan menyisakan berhala besar. Ibrahim
ingin menjebak mereka. Benar sekali, melihat semua sesembahan mereka hancur
berantakan, yang tersisa hanyalah berhala besar. Mereka memanggil Ibrahim as,
karena hanya Ibrahim as, sosok masyarakat yang sangat tidak suka dengan
sesembahan mereka.
Ibrahim as dipanggil, dibawa ke tengah massa yang banyak. Mereka menanyakan
prihal hancurnya sesembahan mereka, dengan santai Ibrahim as menunjuk Berhala
yang besar yang telah meluluhlantahkan sesembahan mereka. Tanyakan kepada
mereka!
Seketika itu mereka tersadar, lalu menunduk, dan berkata kepada Ibrahim
as bahwa sesembahan mereka sendiri tidak dapat berbicara dan berbuat apapun.
Bahasa tubuh yang mereka tunjukkan, dengan menunduk, menunjukkan
sebenarnya mereka malu kepada Ibrahim as. Akal mereka sudah tersadarkan, bahwa
memang sebenarnya apa yang mereka sembah tidak bisa mendatangkan manfaat, hanya
benda mati saja.
Tapi, kesadaran mereka tak membawa mereka kepada jalan Ibrahim as,
rasa malu, hawa nafsu yang mengikat mereka membawa mereka kepada jalan lain,
yaitu kekerasan. Ibrahim diteriaki untuk dibakar.
Kita melihat, beginilah yang terjadi jika akal kita dikuasai hawa
nafsu kita, segalanya akan merubah mengikuti jalan nafsu kita. jalan kekerasan
salah satu bentuk yang paling rendah, dan paling banyak berlaku.
Banyak sekali terjadi di masa kita sekarang ini, kekerasan selalu
menjadi jalan yang diambil, itu karena memang hawa nafsu telah menjerat erat
akal pikiran mereka. Teriakan kafir dan
sesat kepada orang yang berlainan paham selalu kita baca dan dengar dari
corong-corong media. Maka itu sebenarnya bukan karena akal pikiran, tapi karena
hawa nafsu.
Hal yang lain yang bisa kita dapatkan bahwa, saya setuju dengan
dengan perkatan Gus Dur, bahwa Tuhan tidak perlu dibela. Iya, Tuhan Yang Maha
Besar, Maha Memiliki Segalanya, tidak perlu dibela, pembelaan terhadap-Nya sama
saja membuat Tuhan menjadi rendah. Itu artinya Tuhan butuh kepada Makhluknya
dan lemah. Maka tidak lain, membela Tuhan sama saja menjadikan-Nya berhala. Ketahuilah, sebenarnya yang anda bela bukan
Tuhan, tetapi keyakinan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar