Jumat, 10 Juli 2015

Hernowo dan Mengikat Makna, Selalu Menstimuli

Hernowo dan Mengikat Makna, Selalu Menstimuli

 Sosok hernowo dengan mengikat maknanya memang menstimuli Setelah beberapa lama tidak berkomunikasi karena mata pelajaran yang diempu oleh belaiu telah usai, bersamaan itu pula pengetahuan sarma akan begitu pentingnya mengikat makna semakin hari semakin hilang. Geliat sarma dalam membaca dan menulis juga tidak seintens ketika beliau (hernowo) masih mengajarkan sarma semester 2 dulu.

Tidak salah, sarma membeli buku mengikat makna update hernowo, sebuah buku yang terbit di tahun 2009 itu, terpaksa dibongkar kembali pada tahun 2014 oleh petugas gudang, karena permintaan mahasiswa besutan hernowo. Sarma salah seorang mahasiswa yang menunjukkan semangat untuk memboyong karya hernowo itu menuju perpustakaan pribadinya.

Refleksi Saat THR Datang

Refleksi Saat THR Datang

Satu hal yang selalu membuat sarma terharu, kadang juga membuatnya malu, telah terlalu banyak anugrah Tuhan datang menghampirinya. Bukan hanya kenikmatan hidup dengan fisik yang lengkap, bukan juga kenikmatan yang begitu besar, dibesarkan dalam keluarga muslim, hingga ia tidak perlu bersusah payah untuk mencari hidayah-Nya.

Okmen In Memoriam




Okmen In Memoriam

Satu hal unik yang masih teringat kala hari raya datang setiap tahunya. Saat perkembangan alat komunikasi tidak secanggih sekarang, gagdet masih dalam pemikiran manusia. Beberapa tahun silam saat aku masih di bangku SD dan SMP. Lebaran selalu menjadi hal spesial, yang teringat bagiku bukan kesakralan dari hari itu, tapi kemeriahan, keramaian, arena rekreasi yang akan kami kunjungi setelah sholat ied usai.

Memang, agenda hari ied seperti ziarah kubur, halal bi halal, dan silaturrahim kepada sanak keluarga tetap aku ikuti. Namun itu tidak menjadi hal yang terlalu menggairahkan, tidak menarik, sekedar agenda biasa yang memang harus dilaksanakan setiap tahun. Begitulah pemikiranku kala itu, di mana ajaran-ajaran agama masih secuil di kepalaku.

Sabtu, 04 Juli 2015

“Pengantar” Ala Kadarnya








Setelah  beberapa lama hengkang dari dunia tulis menulis cerita pribadi, kini sarma hadir kembali merangkai setiap peristiwa lucu, sedih, kenangan yang menghiasi hari-harinya. Selain itu, sarma yang merupakan sosok jomblo mencoba menghibur kekosongan hatinya dari bidadari dengan tulisan-tulisan bermakna. Doakan dan support semoga sarma mampu membuat tulisan yang kocak, inspiratip, dan memiliki daya komersil tinggi. 

Masih seputar peristiwa-peristiwa masa lalu sarma yang kocak. Bocah kampong yang tak seperti bocah kampong lainnya. Sarma yang terbilang bukan anak nakal, cukup kesulitan berinteraksi dengan teman-temannya yang cukup jahil. Sarma bahkan menjadi bahan olokan, mengingat postur tubuhnya yang kurus tapi tinggi. 

Memang fisik selalu menjadi bahan olokan tak bertanggung jawab, sekalipun sarma merupakan pemain bola yang cukup handal menurut sarma, tetapi tetap saja, ia diolok “nggak punya air”, ejekan kotor yang berarti tidak punya air mani yang berarti lemah. Sarma memang lemah, tapi permainan bolanya handal. 

Sayangnya,  sarma gagal di tim kampong, ia selalu menjadi cadangan. bahkan suatu ketika ada pertandingan antar kampong, sarma tergabung dalam klub, dan menjadi cadangan. Nasib memang nasib, pertandingan belum di mulai sarma sudah dibekuk cedera, padahal tawaran pemain pengganti ketika pertandingan kala itu sangat tinggi, melihat permainan yang kurang memuaskan, hhhmmmmm,,,,,,sarma hanya menjadi penonton setia.

Tidak hanya itu, sarma adalah sosok pemain takraw yang handal juga, ia selalu berlatih dengan orang dewasa. Suatu ketika ia dikirim untuk mengikuti pertandingan takraw antar desa mewakili desanya. Sayangnya ia kembali menjadi cadangan, dan naasnya, ia cadangan mati, sudah cadangan sendiri tapi gak ada kesempatan untuk pergantian pemain,,,,,walah nasib-nasib,,, lagi-lagi sarma menjadi penonton setia.

Itu adalah beberapa kisah yang menyebalkan mungkin bagi sarma, tapi itu menjadi hal yang selalu menjadi gelitik tawa bagi sarma ketika mengingat kisah tersebut. Well,,,,,nantikan kisah-kisah kocak lainnya,,,,hanya di “Sal33m Cr3ation”

To Be Continued

Jumat, 23 Januari 2015

Malming Murah Meriah

Tiba-tiba saja rasa bosan menyelinap dalam diriku, malam minggu sepertinya menawarkan sensasi berbeda di luar asrama. Setelah  menyelesaikan bacaan al-Qur’anku, redo fernando salah seorang teman asramaku, aku paksa meminjam sepeda, kita coba melihat suasana malam mingguan di sekitar jalanan sekitar asrama.
Tak cukup redo, saleh pun ikut jua terkena bujukanku, kami lalu bergegas mengayuh sepeda kami ke arah depok. Aku menjadi garda terdepan. Karena aku memang sudah melewati jalan yang dilalui ini. tiga buah sepeda langsung menjajaki aspal malam mingguan jalanan sekitaran lebak bulus sampai pondok labu.
Mobil-mobil berhenti karena lampu merah, aku langsung meluncur dari arah tengah sisi kanan mobil tanpa hambatan, meskipun aku kembali ke sisi kiri, tidak ada hambatan juga, sayangnya orang itu dengan sepeda motornya meyelinap dari arah mobil yang diam, hampir saja sepedaku menabraknya, beruntung secepat kilat aku rem.
Hanya beberapa menit, aku sudah sampai di perempatan, redo dan saleh menyusul. Di setiap sisi jalan tampak para pedagang menjajakan barang dagangannya, aneka makanan, minuman, dan buah-buahan terhias, ingin rasanya membeli, namun lagi-lagi kendala finansial menyebabkan kami hanya berlalu.
Beberapa kali aku berhenti menengok redo dan saleh yang berada di belakang, mereka cukup jauh di belakangku, aku tidak tahu saleh selalu menjadi yang ditunggu, ada masalah apa dengan sepedanya? Namun sesekali ia melesat mendahuluiku, tapi kembali menjadi yang terbelakang.
Gairah minum es capuccinoku muncul ketika sampai di jalan biasa tempat aku membeli es itu, aku mengajak redo untuk mampir sebentar, tapi lagi-lagi alasan klasik itu muncul, “perjalanan kita masih jauh, nanti saja di Pondok Labu”. Kami lanjutkan perjalanan, di beberapa sisi jalan tampak restoran kecil dan warung kopi berjejeran, begitu juga dengan counter-counter yang banyak di sana- sini.
Beberapa anak muda terlihat sedang asyik nongkrong di beberapa pojok jalan yang menyediakan tempat duduk, lalu setelah melewati jalur sepi tanpa penerangan, kami akhirnya sampai di Pondok Labu, di sini para pedagang tambah banyak, karena memang pasar. Sebuah gedung taman berdiri bercahaya memendarkan cahaya-cahaya lampu yang menghiasinya, aku ingin masuk untuk sekedar membeli jajan sambil duduk santai, namun melihat kondisi masuk ke areal sana yang harus melewati para satpam dan sistem parkir yang ketat, kayaknya ragu untuk masuk dengan sepeda.
Tanpa pikir panjang, cilok berkah di sisi jalan menuju asrama putri dekat aneka buana menjadi pilihan makanan murah meriah dan tempat nongkrong gratis, sekalipun rasanya tidak terlalu enak, tapi cukuplah menggoyang lidah ini. 
Tidak lama setelah itu, kami memutuskan untuk pulang ke asrama, perjalanan yang cukup menguras tenaga, bajuku basah oleh keringat.

Rabu, 14 Januari 2015

Balas Dendam Sang Pecinta: Sebuah tulisan setelah menonton Film Ghajini

“Oh begitukah cinta, kekuataanya tak pandang siapa, sekalipun sang pecinta lemah tak berdaya, tetapi cinta bagaikan magic yang menggubahnya menjadi superman seketika. Orang yang dimabuk cinta tak kenal derita demi yang dicinta.”

Ungkapan ini cukup memberikan gambaran film yang kutonton malam ini. film dengan judul “Ghajini” dengan peran utama Amir khan bercerita tentang balas dendam Sanjay Singhani kepada sosok penjahat penjual organ manusia Ghajini. Ghajini yang telah membunuh pacar Sanjay “kalpana” di hadapan Sanjay yang terkulai lemah setelah kepalanya dipukul sampai berdarah. Kejadian itu pula yang menyebabkan dia menjadi orang yang cepat lupa, ia hanya mampu mengingat selama 15 menit, setelah itu, ia tak tahu, dirinya siapa. Karena itu ia menulis, mentatto dirinya dengan nama-nama orang yang harus dibunuh untuk balas dendam. Yang jelas Ghajini adalah sosok utama yang harus dibasmi.

Sebelumnya Sanjay dan Kalpana adalah dua insan yang saling mencintai, mereka tidak memiliki masalah dengan Ghajini, masalah itu datang ketika Kalpana pergi ke Goa dan Sanjay pergi ke London untuk urusan bisnisnya. Kalpana yang saat itu berada di atas kereta terkejut ketika dia melihat sosok gadis yang bersembunyi di kolong kereta, gadis itu ketakutan, ia melarikan diri dari orang yang sudah membawanya dengan alasan bekerja, tapi ternyata dijual, hanya gadis itu yang berhasil kabur sementara yang lainnya masih ditawan, dan banyak di antara mereka yang sudah dibedah dan ginjalnya diambil.

Kalpana segera bersembunyi menyembunyikan gadis malang itu, sementara itu gerombolan pejahat itu datang mencari si gadis, awalnya penjahat itu tidak tahu dimana mereka, tetapi seorang kakek tua memberitahu setelah diberikan uang oleh penjahat tersebut. Kalpana yang bersembunyi di toilet dengan gadis itu terjebak. para penjahat mendobrak meneriaki mereka untuk keluar. Kalpana segera melepas segala perhiasannya dan membuangnya keluar, agar para penjahat itu pergi, dan benar saja, para penjahat itu pergi.

Namun baru beberapa detik Kalpana dan gadis itu keluar dari toilet, mereka dikejutkan oleh para penjahat yang ternyata bersembunyi di kursi kereta, mereka mengambil gadis itu dan memukul Kalpana. Ajaibnya ketika Kalpana membuka pintu gerbong yang lain, segerombolan tentara sedang berada di sana, walhasil kalpana segera meminta tolong, segerombolan tentara itu langsung beraksi menghajar para penjahat, kalpana pun selamat dan para gadis yang ditawan selamat juga.

Kalpana yang mana adalah seorang model membawa para gadis itu untuk dirawat di Rumah sakit. Penyelamatan yang dilakukan oleh Kalpana itu menjadi trending topic, beritanya segera tersiar. Sayangnya sosok Ghajini yang merupakan otak dari penculikan dari para gadis itu murka, ia seperti sosok mafia hukum, polisi pun takut kepadanya.

Penyelamatan yang dilakukan oleh Kalpana menjadi pintu pembuka pembunuhan yang dilakukan Ghajini kepada Kalpana. Kalpana pulang dari rumah sakit, seorang polisi wanita menelponnya agar jangan pulang, karena Ghajini akan membunuhnya. Sayang berita itu terlambat, Kalpana sudah berada di Apartemennya, para penjahat pun sudah berada di sana. Kalpana lalu bersembunyi di sebuah tempat yang cukup sulit untuk ditemukan. Di saat genting seperti itu, Sanjay datang, ia memencet bel berkali-kali, ia juga mencoba mengetuk, tapi penjahat itu telah berada di dalam, Kalpana  yang terjebak segera menelpon Sanjay, sayangnya handphone sanjay ada di mobilnya, memang lengkap dan sudah diatur oleh sutradara, Sanjay pun pergi.

Sementara itu, para penjahat sebentar lagi menemukan Kalpana, tapi beruntungnya melihat pintu terbuka, mereka merasa Kalpana telah melarikan diri. Sanjay yang berada di dalam mobilnya melihat handphonenya dimiscall oleh Kalpana. Sanjay langsung menelpon Kalpana, suara panggilan Sanjay berdering di handphone Kalpana, bersamaan dengan itu para penjahat itu kembali ke Apartemen Kalpana setelah mendengar dering handphone tersebut, sementara itu Kalpana dalam situasi terdesak segera memberitahukan Sanjay, sayangnya penjahat itu datang dan menemukan Kalpana. Sanjay yang masih memegang handphonenya mengetahui sesuatu yang tidak baik terjadi dengan pacarnya. Ia lalu memutarbalik menuju Apartemen Kalpana.

Sesampai di sana, Kalpana sudah lemas, menghampirinya dengan punggung tertusuk, ia mengucapkan kata-kata “Ghajini”, lalu dari belakang pukulan keras menimpa kepala Sanjay, lalu tepat di hadapan Sanjay pancarnya dibunuh, sementara itu ia juga dipukul kembali tepat di kepalanya, kejadian itulah yang menyebabkan ia menjadi orang yang mudah lupa.

Sekalipun begitu, kekuatan cinta yang telah mereka bangun antara sanjay dan kalpana, mampu menjadikan sanjay menjadi pecinta sejati dengan membalas dendam, meskipun ia memiliki penyakit mudah lupa, tapi ia menulis bahkan mentatto dan memfoto semuanya agar tidak mudah lupa.

Balas dendam dilakukan, setelah dibantu oleh seorang mahasiswa kesehatan yang awalnya memberitahu Ghajini tentangnya, tetapi setelah membaca catatan harian Sanjay dan menelusuri segala fakta tentang kisah cinta Kalpana dan Sanjay, mahasiswa kesehatan itu lalu membantu Sanjay untuk balas dendam.

Sanjay yang saat itu berada di rumah sakit didatangi mahasiswa kesehatan itu, ia diceritakan dan diberikan catatan harian dan koran tentang penyelamatan yang dilakukan Kalpana kepada para gadis yang dijual dan diambil organ dalamnya dan hal tersebut yang menjadi gerbang kepahitan hidup sang pecinta.

Sanjay mengamuk di Rumah sakit, mahasiswa kesehatan itu lalu mengantarnya menemui Ghajini, Sanjay sang pecinta sejati tak kenal derita, ia merangsek maju membasmi para pengawal Ghajini, sampai akhirnya menemui Ghajini dan memukul habis-habisan. Ghanjini berhasil meloloskan diri dan mencoba bersembunyi, sementara itu Sanjay kembali lupa tidak ingat apapun. Ia terus berjalan menyusuri tempat persembunyian Ghajini, hingga ia menemukan Ghajini, tapi sanyay telah lupa.

Ghajini tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, mengetahui Sanjay kembali lupa, ia berpura-pura minta tolong lalu dari belakang menusuk perut Sanjay dengan besi. Mahasiswa kesehatan yang melihat hal tersebut berlari menyelamatkan Sanjay, sayang nya Ghajini memukul gadis itu sampai terjatuh. Kejadian saat ini persis dengan kejadian ketika Kalpana dibunuh, ini mengingatkan sanjay, bahkan Ghajini sendiri yang sengaja mengingatkan Sanjay, ia bertingkah mengulang apa yang dilakukan kepada Kalpana dengan berusaha membunuh mahasiswa kesehatan tersebut. Sanjay segera bangkit dan mencabut besi yang tertusuk di perutnya. Besi itu melayang menimpa wajah Ghajini, Ghajini habis-habisan dipukul, terakhir dieksekusi sama halnya dengan bagaimana Ghajini membunuh Kalpana.

Berakhir sudah kisah balas dendam sang pecinta ini, film ini ditutup dengan Sanjay yang kembali kepada kehidupannya, ia membaktikan diri di yayasan Kalpana, mahasiswa kesehatan itu datang dan memberikan benda berharga, prasasti kaki antara Sanjay dan Kalpana, film ini berakhir, yang ada adalah imaginasi Sanjay memegang tangan Kalpana di atas prasasti itu, tapi hanyalah halusinasi.