Sub Bab IX: Yang Terbaik Berada di Tengah
Gus Dur menjelaskan bahwa ilham dari judul sub bab di atas adalah
jargon “sebaik-baik persoalan adalah
yang berada di tengah”, walaupun demikian, hal ini digunakan untuk mengupas
sebuah buku dari tokoh Syiah Dr. Musa al-Asy’ari, “Menggagas Revolusi
Kebudayaan Tanpa Kekerasan”.
Asumsi awal jalan tengah pada akhirnya cenderung mengambil jalan
sendiri; tidak ingin terlalu dini menyimpulkan, Gus Dur kemudian ingin melihat
buku tersebut dari pandangan sejarah hidup peradaban dunia.
Bangsa kita cenderung menganggap diri Independen, padahal tidak
demikian. Berbeda dengan Australia yang memang dominion Inggris, tetapi
memiliki independensi.
Gus Dur melihat bahwa sejarah dunia penuh dengan penyimpangan.
Arnold Jacob Tonybee dalam bukunya “Study of History” menyebut dua mekanisme
sejarah peradaban manusia; yaitu tantangan dan respon. Tantangan yang berat
tidak melahirkan jawaban yang memadai. Kalau tantanganya ringan, seperti daerah
aliran sungai, banyak cerita yang akan kita dapat; seperti peradaban Nil,
Eufrat, Tigris dan sebagainya.
Pancasila berada di tengah-tengah, karena kita menolak teokrasi dan
sekularisme. Adapun Gus Dur kemudian menyebut buku Dr. Musa Al-Asy’ari itu
adalah upaya menyatukan kebenaran agama dengan ilmu sekuler.
Sumber Foto:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/e/e2/Garuda_Pancasila,_Coat_Arms_of_Indonesia.jpg