Usai berfikir
kembali terkait jadwal kesibukan sehari-hari, otomatis apa yang sudah aku
biasakan sehari-hari harus mengalami penyesuaian. Bisa tidak masuk dalam
kesibukan sehari-hari, bisa juga hanya bergeser waktu pelaksanaannya. Sama
halnya dengan aktivitas olahraga maupun menulisku. Kalau beberapa hari
sebelumnya, setelah menuntaskan aktivitas usai shubuh, aku mulai mentadabbur
al-Qur’an, sekarang berbeda, Usai Aktifitas Shubuh, aku langsung berolahraga,
kemudian memulai aktifitas mentadabbur al-Qur’an setelahnya.
Terasa sangat
berbeda, satu minggu lamanya tak merasakan Flu, sekarang ia datang, karena aku
memilih tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Badan pun terasa sedikit tidak
enak. Tetapi, inilah sebuah hal yang perlu terus kita lakukan, selalu
menyesuaikan segala kesibukan untuk kehidupan yang lebih baik.
Itulah Sedikit
kisahku mengawali tulisan pagi ini, entah apa yang membuatku berhenti pada ayat
ke 126 dari surah Taha. Aku juga belum tahu, pelajaran atau inspirasi apa yang
aku akan dapatkan pada ayat ini. ayatnya berbunyi:
t
Allah
berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu
melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".
Membaca terjemahan
ayat ini, aku seperti melihat “konsekuensi” atau juga timbal balik. Jika engkau
berbuat kebaikan, maka orang akan berbuat baik kepadamu. Jika engkau
menyayangi orang, maka orang pun akan
menyayangimu. Kalau menurut ayat ini, engkau telah didatang ayat al-Qur’an,
sayangnya, engkau melupakannya, maka, engkau pun dilupakan.
Ini masih
samar-samar, pertanyaan yang muncul apa perlu atau pentingnya tidak melupakan
ayat yang diberikan dan apa pentingnya jika kami dilupakan?
Khazanah wawasan
kita bisa saja menebak maksudnya, hanya saja, pertanyaan ini penting untuk
diajukan, untuk menjadi ihwal rasa penasaran dan motivasi menyelami ayat ini. (Baca Juga: Meragulah! Jangan Mudah Percaya )
Alangkah baiknya,
kita melihat bagaimana Syaikh Wahbah az-Zuhaili menafsirkan ayat ini. Sebelum
masuk ke penafsiran, menarik penjelasan syaikh terkait surat Thaha, kata thaha
dijelaskan adalah salah satu nama dari nama-nama Rasulullah saw, yang menjadi
penghormatan, dan menjadi hiburan atas apa yang menimpa nabi disebabkan
keberpalingan dan penolakan kaumnya. Ya itulah “thaha”.
Dalam tafsir Wahbah
az-Zuhaili, ayat ini termasuk ke dalam ayat-ayat yang menceritakan tentang Nabi
Adam as. Dijelaskan sebagaimana kisah adam as, yang tergoda syaithan hingga
jatuh ke bumi, lalu diberikan petunjuk oleh Allah untuknya dan untuk kaumnya. Petunjuk
ini kemudian nyatanya tidak diimani bahkan diingkari. Keingkaran dan
ketidakpercayaan mereka terhadap kitab seperti mereka melupakannya.
Konsekuensi, di hari akhir kelak mereka dikumpulkan dalam keadaan buta. Kebutaan
yang menimpa mereka menimbulkan pertanyaan, kenapa sekarang mereka buta
sementara dulu mereka melihat. Allah pun menunjuk ayat ini, ayat ke 126,
kebutaan yang menimpa kalian itu disebabkan karena kalian melupakan ayat-ayat
yang telah datang kepadamu, hingga kamu pun dilupakan, artinya diazab.
Sebagaimana, aku
sebutkan diawal, ini terkait konsekuensi atau hukum timbal balik. Pertanyaannya
apa inspirasi atau pelajaran yang bisa kita ambil? Saya berkesimpulan, hukum timbal
balik itu sendiri, sebagai manusia kita harus selalu menyadari adanya hukum timbal
balik dalam berkehidupan.
Jika kebaikan yang
kita tanam, maka kebaikan pun yang akan kita panen. Maka jangan berharap
manisnya madu kehidupan jika kejahatan yang terus anda kobarkan. Kala buah kejahatan anda sudah terasa dalam
kehiduan, jangan membingungkan diri, karena tak lagi menikmati manisnya hidup.