Seperti pagi-pagi
sebelumnya, usai menuntaskan berbagai jadwal pribadi setelah shubuh. Aku mulai
mencampur gula dengan beberapa sendok teh kopi Lombok. Aroma dan harum yang
dikeluarkan seketika menghilangkan pilek yang menderaku sedari bangun shubuh
tadi.
Setelah menyeruput
dan menghirup beberapa kali, aku mulai melihat kalam suci al-Qur’an, satu ayat
saja pada pojok kanan. Pagi ini, aku fokuskan pandanganku pada ayat ke 52 dari
surah Maryam. Jenis ayat yang sama dengan pagi-pagi sebelumnya, ayat yang
berbentuk cerita dan pendek, berbunyi;
çm»uZ÷y»tRur `ÏB É=ÏR$y_ ÍqÜ9$# Ç`yJ÷F{$# çm»uZö/§s%ur $|ÅgwU ÇÎËÈ
Dan kami telah
memanggilnya dari sebelah kanan gunung (Sinai) dan kami dekatkan dia untuk
bercakap-cakap.
Siapakah yang
dipanggil dari sebelah kanan gunung Sinai? Dan ada prihal apa, sehingga ia dipanggil? Masih seputar khazanah
pengetahuanku akan Thur, sepertinya ini dekat dengan Nabi Ibrahim as atau tidak
Nabi Musa as. Ia kalau tidak salah antara dua nabi ini, Aku tidak terlalu
ingat, mana yang benar di antara keduanya.
Kita tidak akan
mengerti maksud dari ayat ini, karena ialah potongan cerita, potongan kabar,
potongan informasi dari ayat sebelum ataupun sesudahnya. Untuk itu, melihat
ayat sebelum dan setelahnya pasti
diperlukan dalam hal ini.
Sebelumnya, menarik
untuk dipertanyakan, seperti apa panggilan tersebut, apakah melalui suara
dzohir atau suara yang terdengar di dalam bathin yang terpanggil saja.
Baiklah, mari kita
lihat penafsiran syaikh kita, Wahbah az- Zuhaili. Sekilas saja melihat
penafsiran Wahbah az-Zuhaili, sudah terpampang tema besar, yang mengelompokkan
ayat ke 52 bersama ayat ke 51 dan 53, pada tema kisah Musa as. Demikian, tidak
lain yang dipanggil dari sebelah kanan gunung Sinai adalah Nabi Musa as. Panggilan
Allah itu terkait kedudukan yang diberikan kepadanya sebagai “Kalimullah” dan
diturunkannya kitab taurat. Ia didekatkan pada derajat kemuliaan dan kedekatan
yang dekat dengan Allah.
Kenapa demikian? Itu karena Nabi Musa adalah nabi yang ikhlas,
bahkan ia termasuk ke dalam Nabi Ulul Azmi (Musa as, Isa as, Ibrahim as, Nuh
as, dan Muhammad as). Allah pun merahmatinya, dengan mengabulkan doanya,
menjadikan Harun as sebagai nabi, dan bersama-sama menyampaikan risalah kepada
fir’aun.
Apa yang bisa kita
ambil pelajaran dari kisah Musa as ini? seseorang yang memiliki derajat
kemulian dan teladan yang baik akan menjadi contoh yang terus diceritakan,
sebagaimana perintah Allah pada ayat ke 51, kepada Nabi Muhammad untuk
menceritakan kisah Musa, tepatnya teladan dan sifat Musa as.
Memang, Musa as
adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah sehingga Allah memberinya derajat
dan menjaganya. tetapi, tanpa ia mengikhlaskan dan menjaga diri tentu ia tidak
akan mendapat kemuliaan. Sama halnya dengan kita, bukankah lahirnya kita di
dunia ini sudah memasukkan kita kepada orang –orang yang terpilih. Kita dibesarkan
dalam keluarga muslim karena kita terpilih. kita diminta menjadi khalifah di
bumi bukan makhluk yang lain, karena kita terpilih.
Demikian, yang perlu
kita lakukan adalah memberikan akal dan hati kita untuk berfikir, jangan sampai
kita terjerat pada hal-hal yang membuat kita menyia-nyiakan nikmat keterpilihan
kita.
Terakhir, tak
menjadi nabi bukan berarti kau tak terpilih, tapi karena Tuhan hanya ingin
melihatmu berfikir dan berusaha lebih dari nabi. Meski kau tak akan pernah
menjadi nabi atau mendapatkan risalah kenabian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar