Selasa, 25 Juli 2017

Meraih Mimpi Butuh Beragam Cara




Beberapa kali sambungan ayat demi ayat yang kubaca tak karuan, rasa kantuk yang datang dan pergi membuat fokusku hilang. Oh, ingin rasanya segera merebahkan badan. Namun, melawan kantuk serasa perjuangan di medan perang, satu persatu kubaca ayat al-Qur’an dengan pelan, bak menghunuskan bambu runcing di tengah perang geriliya, mati satu sembunyi, mati satu sembunyi, selesai satu ayat terpejam, selesai satu ayat terpejam, hingga dua lembar setiap selesai shalat itu selesai juga.

Sayangnya, kantuk ini terus menghinggapiku, aku akhirnya takluk, tapi bukan takluk setakluk-takluknya. Kurebahkan badan, tak memejamkan mata ini, karena kutahu, memejamkan mata sama saja menghilangkan kesempatanku menulis pagi ini. aku lalu memutar beberapa shalawat yang tersimpan offline di apps youtubeku, sesekali aku sempat terpejam dan bangun kembali. Takut, terlampau terpejam, segera kubuat segelas kopi Lombok, harumnya menohok kekantukan, hingga jelaslah kefokusanku.

Ayat ke 52 dari surah Asyuura menjadi perhatianku pagi ini. sekilas, terlihat ayat ini berbicara mengenai al-Qur’an, ayat ini berbunyi:

   
Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (al-Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah kitab (al-Qur’an) dan apakah iman itu, tetapi kami jadikan al-Qur’an itu cahaya, dengan itu kami memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. Dan sungguh engkau benar-benar membimbing (manusia) ke jalan yang lurus.

Pertanyaan yang muncul apakah itu ruh? Jika pada terjemahan ayat ini disebutkan ruh yang dimaksud adalah al-Qur’an, ini sejalan dengan penggunaan kata pewahyuan. Namun, jika tidak, maka akan melahirkan berbagai makna terkait ruh. Bukankah ruh dalam khazanah pengetahuan umumnya adalah sesuatu yang menjadikan badan ini hidup. (Baca Juga: Meniru Keluasan Ampunan dan Maaf Tuhan )

Tapi kalau melihat keseluruhan ayat ini, kita melihat pengunaan kata-kata yang lekat dengan al-Qur’an, seperti kitab, pewahyuan, membimbing (menunjuki), istilah-istilah yang sering kita dengan kalau membicarakan al-Qur’an. Baik untuk lebih menjelaskan dan meyakinkan kita, mari kita simak penjelasan Syaikh Wahbah az- Zuhaili terkait ayat ini.

Setelah melihat, bagaimana Syaikh Wahbah az-Zuhaili mengelompokkan ayat ke dalam tema “macam-macam wahyu”, ini sedikit memberikan kejelasan bahwa yang dimaksud dengan ruh di sini adalah al-Qur’an.  Wahbah az-Zuhaili menjelaskan dalam kolom mufradat al-Lughawiyah, bahwa  qur’an itu seperti ruh, wahyu disebut ruh, karena dia menghidupkan hati.

Ayat ini berkaitan dengan ayat sebelumnya,  ayat ke- 51 yang turun untuk menjawab pertanyaan orang Yahudi kepada nabi, apakah ia sudah berbicara dengan Tuhan sebagaimana Musa, dan ayat 51 turun untuk menunjukkan bahwa Musa pun tidak pernah berbicara secara langsung dengan Tuhan. Karena Wahyu turun dengan tiga cara, melalui mimpi, hijab, dan utusan. Kemudian, ayat 52 menegaskan bahwa Muhammad saw pun menerima wahyu sebagaimana para nabi sebelumnya.

Lalu, sebagaimana al-Qur’an membimbing atau memberi petunjuk, maka begitulah seorang rasul tentu memberikan petunjuk, dan Nabi Muhammad saw membimbing kepada jalan yang lurus.  Dijelaskan juga, al-Qur’an membimbing kepada agama yang qayyim, yaitu agama Islam. Penjelasan ini dijelaskan oleh Syaikh Qurtuby.

Pertanyaan yang selalu muncul untuk mengakhiri tulisanku pagi ini adalah “apa yang bisa kita teladani, atau ambil pelajaran?” sedikit yang bisa terjelaskan olehku, namun setidaknya memberikan inspirasi pribadi melihat satu ayat kitab suci.


Ada banyak cara Tuhan mengirimkan kalam-kalam petunjuknya kepada manusia, demi tercapainya kehidupan manusia di rel “Shirathal Mustaqim”. Ini  yang seharusnya kita teladani, untuk mencapai tujuan, cita, ataupun mimpi kita, gunakanlah berbagai cara, dengan catatan, cara-cara tersebut adalah cara yang baik. Seperti ungkapan “banyak jalan menuju Roma”. 

Sumber Foto:
http://image-serve.hipwee.com/wp-content/uploads/2016/02/134-750x422.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar