Setelah sehari
terbelenggu oleh kelelahan fisik dan terlalaikan oleh Pulau Kapuk, kini, aku
mulai lagi melihat satu ayat dari kitab suci Al-Qur’an. Ayat ke 53 dari surah
al-Ankabut menjadi sorotanku pagi ini.
Ayat ini berbunyi:
Dan mereka
meminta kepadamu supaya disegera diturunkan azab. Kalau bukan karena waktunya
yang telah ditetapkan, niscaya datang azab kepada mereka, dan azab itu pasti
datang keada mereka dengan tiba-tiba,
sedang mereka tidak menyadarinya.
Azab, siapakah yang
berani meminta diturunkan azab dengan segera? Khazanah pikirku berkata, itu
tidak lain adalah orang yang tidak mempercayai utusan-utusan Allah atau
kitab-kitab-Nya. Aku memang menduga dalam hal ini, namun, mungkinkah orang yang
bertakwa atau orang yang percaya kepada Allah yang meminta diturunkan azab dengan
segera? Tidak mungkin.
Dari terjemahan ayat
ini saja, kita dapat melihat bagaimana orang yang tidak percaya menantang untuk
diturunkan azab dengan segera, tapi segalanya memang sudah ditentukan, dan azab
yang mereka inginkan pasti akan datang menimpa mereka, saat mereka tidak
menyadarinya.
Baiklah, jangan
sampai kita terbawa arus pada penjelasan sementara yang hanya berdasar pada
terjemahan. Demikian, mari kita buka tafsiran Syaikh kita, Wahbah az-Zuhaili.
Aku lalu membuka
tafsir al-Munir dan mulai membaca dari alasan penamaan surat ini dengan “al-ankabut”
yang berarti laba-laba. Aku terjelaskan, surat ini dinamakan al-ankabut untuk
menyerupakan orang-orang yang menuhankan berhala dengan laba-laba, yang mempunyai rumah yang
lemah (dhaif). Hal senada dijelaskan juga dalam beberapa ceramah dari Tuan guru Bajang akan keimanan para penyembah
berhala layaknya rumah laba-laba.
(Baca Juga: Tak Jadi Nabi Bukan Berarti Kau Tak Terpilih )
Aku berlanjut menuju
tafsiran ayat ke 53, ayat ini dikelompok ke dalam ayat-ayat yang terkait
tuntutan dari kaum musyrikin, (50-55). Wahbah az-Zuhaili menafsirkan ayat ke 53,
tidak jauh berbeda dengan terjemahan yang ada, bahwa azab yang kafir qurays
inginkan segera diturunkan kepada mereka adalah perkara hal yang sudah
ditetapkan. Seandainya azab tidak direalisasi pada hari kiamat kelak, maka azab
itu sangat dekat dan cepat menimpa mereka, dan azab pasti datang saat mereka
tidak menyadarinya. Karena setiap azab akan datang (punya waktu), tidak bisa
didahulukan ataupun diakhirkan.
Menarik, selain
tafsiran dari ayat ke 53 ini, penjelasan Syaikh Wahbah az-Zuhaili yang lain
terkait kelompok ayat ini bahwa, Tuhan tidak langsung memberikan azab pada
mereka yang menuntut disegerakannya azab, karena Allah membuka pintu taubat
sampai hari kiamat itu tiba.
Hal yang bisa kita
teladani adalah Keluasan Ampunan, Lebarnya Gerbang Ampunan dan Pemaafan Tuhan. Bayangkan,
jika kita adalah seorang raja atau katakanlah manusia dengan kekuatan,
kekuasaan dan kekayaan yang berlimpah, yang siap mencengkram dan melumpuhkan
orang-orang yang tidak patuh, direndahkan dengan permintaan ditimpakan
kesengsaraan sebagai bukti kuat dan berkuasanya kita, dengan senang hati kita
akan menggeranyangi. Namun, itulah Tuhan, pintu ampunannya selalu terbuka lebar
untuk hamba.
Begitulah seharusnya
kita bersikap, sejatinya selalu memberikan pintu maaf kepada siapapun yang
menyakiti maupun merendahkan kita. sekalipun kita berkuasa dan bertahta kan
raja, karena sebagaimana ungkapan ulama, “kerahiman adalah memaafkan disaat memiliki
kekuatan besar untuk membalas”.
Sumber Foto:
https://kekisruhan.files.wordpress.com/2009/12/taubat.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar