Senin, 24 Juli 2017

Meniru Keluasan Ampunan dan Maaf Tuhan



Setelah sehari terbelenggu oleh kelelahan fisik dan terlalaikan oleh Pulau Kapuk, kini, aku mulai lagi melihat satu ayat dari kitab suci Al-Qur’an. Ayat ke 53 dari surah al-Ankabut menjadi sorotanku pagi ini.
Ayat ini berbunyi:

   
Dan mereka meminta kepadamu supaya disegera diturunkan azab. Kalau bukan karena waktunya yang telah ditetapkan, niscaya datang azab kepada mereka, dan azab itu pasti datang keada mereka  dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya.

Azab, siapakah yang berani meminta diturunkan azab dengan segera? Khazanah pikirku berkata, itu tidak lain adalah orang yang tidak mempercayai utusan-utusan Allah atau kitab-kitab-Nya. Aku memang menduga dalam hal ini, namun, mungkinkah orang yang bertakwa atau orang yang percaya kepada Allah yang meminta diturunkan azab dengan segera? Tidak mungkin.

Dari terjemahan ayat ini saja, kita dapat melihat bagaimana orang yang tidak percaya menantang untuk diturunkan azab dengan segera, tapi segalanya memang sudah ditentukan, dan azab yang mereka inginkan pasti akan datang menimpa mereka, saat mereka tidak menyadarinya.

Baiklah, jangan sampai kita terbawa arus pada penjelasan sementara yang hanya berdasar pada terjemahan. Demikian, mari kita buka tafsiran Syaikh kita, Wahbah az-Zuhaili.

Aku lalu membuka tafsir al-Munir dan mulai membaca dari alasan penamaan surat ini dengan “al-ankabut” yang berarti laba-laba. Aku terjelaskan, surat ini dinamakan al-ankabut untuk menyerupakan orang-orang yang menuhankan berhala  dengan laba-laba, yang mempunyai rumah yang lemah (dhaif). Hal senada dijelaskan juga dalam beberapa ceramah dari Tuan  guru Bajang akan keimanan para penyembah berhala layaknya rumah laba-laba.


Aku berlanjut menuju tafsiran ayat ke 53, ayat ini dikelompok ke dalam ayat-ayat yang terkait tuntutan dari kaum musyrikin, (50-55).  Wahbah az-Zuhaili menafsirkan ayat ke 53, tidak jauh berbeda dengan terjemahan yang ada, bahwa azab yang kafir qurays inginkan segera diturunkan kepada mereka adalah perkara hal yang sudah ditetapkan. Seandainya azab tidak direalisasi pada hari kiamat kelak, maka azab itu sangat dekat dan cepat menimpa mereka, dan azab pasti datang saat mereka tidak menyadarinya. Karena setiap azab akan datang (punya waktu), tidak bisa didahulukan ataupun diakhirkan. 

Menarik, selain tafsiran dari ayat ke 53 ini, penjelasan Syaikh Wahbah az-Zuhaili yang lain terkait kelompok ayat ini bahwa, Tuhan tidak langsung memberikan azab pada mereka yang menuntut disegerakannya azab, karena Allah membuka pintu taubat sampai hari kiamat itu tiba.

Hal yang bisa kita teladani adalah Keluasan Ampunan, Lebarnya Gerbang Ampunan dan Pemaafan Tuhan. Bayangkan, jika kita adalah seorang raja atau katakanlah manusia dengan kekuatan, kekuasaan dan kekayaan yang berlimpah, yang siap mencengkram dan melumpuhkan orang-orang yang tidak patuh, direndahkan dengan permintaan ditimpakan kesengsaraan sebagai bukti kuat dan berkuasanya kita, dengan senang hati kita akan menggeranyangi. Namun, itulah Tuhan, pintu ampunannya selalu terbuka lebar untuk hamba.

Begitulah seharusnya kita bersikap, sejatinya selalu memberikan pintu maaf kepada siapapun yang menyakiti maupun merendahkan kita. sekalipun kita berkuasa dan bertahta kan raja, karena sebagaimana ungkapan ulama, “kerahiman adalah memaafkan disaat memiliki kekuatan besar untuk membalas”.



Sumber Foto:
https://kekisruhan.files.wordpress.com/2009/12/taubat.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar