Jumat, 21 Juli 2017

Sedikit Tapi Konsisten




Bisik- bisik kemalasan mulai membiusku, mencoba mematikan semangatkua menulis tiap pagi. Fisik dihempas kelemahan dan keletihan dijadikan alasan, “sudahlah lim, tidur saja pagi ini”, bisiknya kira-kira seperti itu.

Ah, sudah berapa kali aku terjatuh di lubang yang sama, bisik sesat yang membuatku meninggalkan aktifitas melatih menulis. Tak ingin terjerembab dalam diplomasi kotor kemalasan, kubuka kitab suci al-Qur’an, dan mulai melirik tajam pojok kiri. Aku menemukan sebuah ayat pendek, ayat ke 51 dari Surah al-Qasas, yang  berbunyi;
   
Dan sungguh, kami telah menyampaikan perkataan ini (al-Qur’an) kepada mereka agar selalu mengingatnya.

Ayat pendek ini memunculkan pertanyaan, Kata qaul, kalau kita llihat terjemahannya adalah perkataan, perkataan itu adalah al-Qur’an dituliskan seperti itu pada terjemahan ayat pendek ini.

Jika qaul  dimaksudkan adalah al-Qur’an, lalu siapakah yang disampaikan al-Qur’an dan siapa yang menyampaikan al-Qur’an, dan untuk apa disampaikan al-Qur’an. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, aku hanya memiliki bayangan singkat.

Kalau kita bertitik pada sejarah yang kita dapatkan sedari dulu, kita tahu al-Qur’an adalah kitab yang turunkan kepada Nabi Muhammad, Nabi terakhir, yang ditunjuk untuk menyampaikan al-Qur’an, untuk memperbaiki akhlak manusia. karena itu, tidak lain, al-Qur’an disampaikan untuk kaum Nabi Muhammad saw, dan Nabi Muhammad sendiri yang menyampaikannya, karena begitu penting al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan.

Tapi ingat, di ayat tersebut menyebutkan kata “kami” yang  telah menyampaikan al-Qur’an, di sini Tuhan pun masuk, manusia pun masuk, karena menggunakan kata kami. M. Quraish Shihab menyatakan demikian, penggunaan kata kami menunjukkan keterlibatan manusia.

Daripada terlampau mengawang, aku mulai membuka lembaran tafsiran Syaikh kita, Wahbah az-Zuhaili terkait ayat ini. Syaikh, mengelompokkan ayat ini bersama ayat 48-51 ke dalam ayat yang berkaitan dengan pendustaan atau pengingkaran penduduk Makkah atas al-Qur’an dan risalah yang dibawa oleh Nabi.

Dari tema saja, kita sudah bisa mengandaikan, bahwa penyampai atau pembawa al-Qur’an itu adalah Muhammad, disampaikan kepada  penduduk Makkah, dan al-Qur’an sudah sampai kepada penduduk makkah , tapi mereka mendustakan.

Melihat tafsiran ayat ini, bahwa al-Qur’an telah diturunkan secara bertahap kepada orang qurays, yang menunjukkan kepedulian, menyesuaikan waktu dan tempat, agar dapat mengambil kebaikan dari al-Qur’an, maka berimanlah kepada al-Quran, kepada yang menurunkan dan diturunkan.

Hal yang bisa kita pelajari dari setelah membaca tafsiran ayat ini adalah kebaikan, kebenaran, hendaknya diinformasikan, diberikan secara bertahap tidak sekaligus. Sekalipun sesuatu yang disampaikan baik, tetapi jika terlalu banyak atau sekaligus dalam satu waktu, itu  tidak baik. Kita lihat sendiri, bagaimana al-Qur’an yang dipenuhi dengan pedoman hidup dan kebaikan  disampaikan secara bertahap, toh, tetap banyak didustakan oleh orang Qurays. Kemudian, tidak hanya  terkait menyampaikan kebenaran atau kebaikan, tetapi melakukan kebenaran dan kebaikan juga harus bertahap.

Ini menunjukkan pula kontiunitas, konsistensi, atau keistiqamahan, adalah kunci diterimanya apa yang disampaikan dan tercapainya tujuan akhir dari kebaikan yang kita lakukan. Ini menjawab kemalasan yang terbisik saat akan memulai tulisann ini. pada akhirnya, aku ingin menutup tulisan ini dengan ungkapan “Istiqamah lebih baik dari seribu karamah”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar