Bisik- bisik
kemalasan mulai membiusku, mencoba mematikan semangatkua menulis tiap pagi. Fisik
dihempas kelemahan dan keletihan dijadikan alasan, “sudahlah lim, tidur saja
pagi ini”, bisiknya kira-kira seperti itu.
Ah, sudah berapa
kali aku terjatuh di lubang yang sama, bisik sesat yang membuatku meninggalkan
aktifitas melatih menulis. Tak ingin terjerembab dalam diplomasi kotor
kemalasan, kubuka kitab suci al-Qur’an, dan mulai melirik tajam pojok kiri. Aku
menemukan sebuah ayat pendek, ayat ke 51 dari Surah al-Qasas, yang berbunyi;
Dan sungguh, kami
telah menyampaikan perkataan ini (al-Qur’an) kepada mereka agar selalu mengingatnya.
Ayat pendek ini
memunculkan pertanyaan, Kata qaul, kalau kita llihat terjemahannya
adalah perkataan, perkataan itu adalah al-Qur’an dituliskan seperti itu pada
terjemahan ayat pendek ini.
Jika qaul dimaksudkan adalah al-Qur’an, lalu siapakah
yang disampaikan al-Qur’an dan siapa yang menyampaikan al-Qur’an, dan untuk apa
disampaikan al-Qur’an. Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, aku hanya memiliki
bayangan singkat.
Kalau kita bertitik
pada sejarah yang kita dapatkan sedari dulu, kita tahu al-Qur’an adalah kitab
yang turunkan kepada Nabi Muhammad, Nabi terakhir, yang ditunjuk untuk
menyampaikan al-Qur’an, untuk memperbaiki akhlak manusia. karena itu, tidak
lain, al-Qur’an disampaikan untuk kaum Nabi Muhammad saw, dan Nabi Muhammad
sendiri yang menyampaikannya, karena begitu penting al-Qur’an sebagai pedoman
kehidupan.
Tapi ingat, di ayat
tersebut menyebutkan kata “kami” yang
telah menyampaikan al-Qur’an, di sini Tuhan pun masuk, manusia pun
masuk, karena menggunakan kata kami. M. Quraish Shihab menyatakan demikian,
penggunaan kata kami menunjukkan keterlibatan manusia.
Daripada terlampau
mengawang, aku mulai membuka lembaran tafsiran Syaikh kita, Wahbah az-Zuhaili
terkait ayat ini. Syaikh, mengelompokkan ayat ini bersama ayat 48-51 ke dalam
ayat yang berkaitan dengan pendustaan atau pengingkaran penduduk Makkah atas
al-Qur’an dan risalah yang dibawa oleh Nabi.
Dari tema saja, kita
sudah bisa mengandaikan, bahwa penyampai atau pembawa al-Qur’an itu adalah
Muhammad, disampaikan kepada penduduk
Makkah, dan al-Qur’an sudah sampai kepada penduduk makkah , tapi mereka
mendustakan.
Melihat tafsiran
ayat ini, bahwa al-Qur’an telah diturunkan secara bertahap kepada orang qurays,
yang menunjukkan kepedulian, menyesuaikan waktu dan tempat, agar dapat
mengambil kebaikan dari al-Qur’an, maka berimanlah kepada al-Quran, kepada yang
menurunkan dan diturunkan.
Hal yang bisa kita
pelajari dari setelah membaca tafsiran ayat ini adalah kebaikan, kebenaran,
hendaknya diinformasikan, diberikan secara bertahap tidak sekaligus. Sekalipun sesuatu
yang disampaikan baik, tetapi jika terlalu banyak atau sekaligus dalam satu
waktu, itu tidak baik. Kita lihat
sendiri, bagaimana al-Qur’an yang dipenuhi dengan pedoman hidup dan kebaikan disampaikan secara bertahap, toh, tetap banyak
didustakan oleh orang Qurays. Kemudian, tidak hanya terkait menyampaikan kebenaran atau kebaikan,
tetapi melakukan kebenaran dan kebaikan juga harus bertahap.
Ini menunjukkan pula
kontiunitas, konsistensi, atau keistiqamahan, adalah kunci diterimanya apa yang
disampaikan dan tercapainya tujuan akhir dari kebaikan yang kita lakukan. Ini
menjawab kemalasan yang terbisik saat akan memulai tulisann ini. pada akhirnya,
aku ingin menutup tulisan ini dengan ungkapan “Istiqamah lebih baik dari seribu
karamah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar