Kamis, 27 Juli 2017

Selalu ada Konsekuensi dan Hukum Timbal Balik



Usai berfikir kembali terkait jadwal kesibukan sehari-hari, otomatis apa yang sudah aku biasakan sehari-hari harus mengalami penyesuaian. Bisa tidak masuk dalam kesibukan sehari-hari, bisa juga hanya bergeser waktu pelaksanaannya. Sama halnya dengan aktivitas olahraga maupun menulisku. Kalau beberapa hari sebelumnya, setelah menuntaskan aktivitas usai shubuh, aku mulai mentadabbur al-Qur’an, sekarang berbeda, Usai Aktifitas Shubuh, aku langsung berolahraga, kemudian memulai aktifitas mentadabbur al-Qur’an setelahnya.

Terasa sangat berbeda, satu minggu lamanya tak merasakan Flu, sekarang ia datang, karena aku memilih tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Badan pun terasa sedikit tidak enak. Tetapi, inilah sebuah hal yang perlu terus kita lakukan, selalu menyesuaikan segala kesibukan untuk kehidupan yang lebih baik.

Itulah Sedikit kisahku mengawali tulisan pagi ini, entah apa yang membuatku berhenti pada ayat ke 126 dari surah Taha. Aku juga belum tahu, pelajaran atau inspirasi apa yang aku akan dapatkan pada ayat ini. ayatnya  berbunyi:
t   
Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan".

Membaca terjemahan ayat ini, aku seperti melihat “konsekuensi” atau juga timbal balik. Jika engkau berbuat kebaikan, maka orang akan berbuat baik kepadamu. Jika engkau menyayangi  orang, maka orang pun akan menyayangimu. Kalau menurut ayat ini, engkau telah didatang ayat al-Qur’an, sayangnya, engkau melupakannya, maka, engkau pun dilupakan.

Ini masih samar-samar, pertanyaan yang muncul apa perlu atau pentingnya tidak melupakan ayat yang diberikan dan apa pentingnya jika kami dilupakan?
Khazanah wawasan kita bisa saja menebak maksudnya, hanya saja, pertanyaan ini penting untuk diajukan, untuk menjadi ihwal rasa penasaran dan motivasi menyelami ayat ini. (Baca Juga: Meragulah! Jangan Mudah Percaya )

Alangkah baiknya, kita melihat bagaimana Syaikh Wahbah az-Zuhaili menafsirkan ayat ini. Sebelum masuk ke penafsiran, menarik penjelasan syaikh terkait surat Thaha, kata thaha dijelaskan adalah salah satu nama dari nama-nama Rasulullah saw, yang menjadi penghormatan, dan menjadi hiburan atas apa yang menimpa nabi disebabkan keberpalingan dan penolakan kaumnya. Ya itulah “thaha”.

Dalam tafsir Wahbah az-Zuhaili, ayat ini termasuk ke dalam ayat-ayat yang menceritakan tentang Nabi Adam as. Dijelaskan sebagaimana kisah adam as, yang tergoda syaithan hingga jatuh ke bumi, lalu diberikan petunjuk oleh Allah untuknya dan untuk kaumnya. Petunjuk ini kemudian nyatanya tidak diimani bahkan diingkari. Keingkaran dan ketidakpercayaan mereka terhadap kitab seperti mereka melupakannya. Konsekuensi, di hari akhir kelak mereka dikumpulkan dalam keadaan buta. Kebutaan yang menimpa mereka menimbulkan pertanyaan, kenapa sekarang mereka buta sementara dulu mereka melihat. Allah pun menunjuk ayat ini, ayat ke 126, kebutaan yang menimpa kalian itu disebabkan karena kalian melupakan ayat-ayat yang telah datang kepadamu, hingga kamu pun dilupakan, artinya diazab.

Sebagaimana, aku sebutkan diawal, ini terkait konsekuensi atau hukum timbal balik. Pertanyaannya apa inspirasi atau pelajaran yang bisa kita ambil? Saya berkesimpulan, hukum timbal balik itu sendiri, sebagai manusia kita harus selalu menyadari adanya hukum timbal balik dalam berkehidupan.

Jika kebaikan yang kita tanam, maka kebaikan pun yang akan kita panen. Maka jangan berharap manisnya madu kehidupan jika kejahatan yang terus anda kobarkan.  Kala buah kejahatan anda sudah terasa dalam kehiduan, jangan membingungkan diri, karena tak lagi menikmati manisnya hidup.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar