"empak bau tunjung tilah" Target tercapai tanpa merusak
entitas yang lain.
Sedikit percakapan melalui komentar facebook malam ini, percakapan
yang cukup menyegarkan dan bermanfaat. berawal dari pergantian foto profil saya
yang mengundang komentar dan tanya?
Terlihat saya duduk memandang pantai diterpa pancaran matahari
sore, topi dengan tulisan "Lombok" saya hadapkan ke belakang, seakan
tanpa perlu menjelaskan saya ada dimana, karena topi itu sudah memberi kabar
kepada sanak saudara.
Poseku itu mengundang tanya, "Lagi tadabbur alam atau mencari
someone?" tanya kanda Saiful Fikri via kolom komentar. "Sambil
menyelam minum air, jangan lupa nangkap ikan" jawabku ditambah emoticon
tertawa. komentarku dibalas lagi "empak bau tunjung tilah".
Ini yang membuatku sempat terdiam, pikiranku mencoba memikirkan,
sepertinya kata-kata ini tidak asing, tapi tak juga kupahami maksudnya.
"Empak" itu ikan, "bau" itu tangkap, "tunjung"
itu??? "tilah" itu baik, daripada terlampau lama tak paham, aku
layangkan saja pertanyaan, prihal ungkapan apa ini dan maksudnya.
setelah dijelaskan ternyata itu adalah Wasiat Maulana Syaikh,
"Empak Bau Tunjung Tilah" artinya mencapai target tanpa harus merugikan atau merusak entitas
yang lain.
Ini mengingatkan saya pada ungkapan "al-ghāyah lā tubarriru
wasīlah", bahwa tujuan tidak menghalalkan segala cara, mengingatkan juga
pada ceramah Tuan Guru Bajang, terkait bagaimana sikap dalam bekerja, salah
satunya adalah tidak membuat orang menjadi marah atau pun merugi dengan
pekerjaan kita.
Agak terlalu lebay mungkin, sampai harus menulis percakapan melalui
kolom komentar tersebut sampai sepanjang ini. Tapi, ini adalah salah satu cara
melegakan diri, sebuah ekspresi kesyukuran akan nikmatnya sepotong kata yang
kalau direnungi bisa menjadi ihwal dinamisnya kehidupan. Sepotong kata yang
bisa jadi pondasi kuat atas konstruksi bangunan kehidupan, bahwa hidup kita
boleh menjulang, tapi jangan sampai membuat orang lain tinggal tulang-belulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar