Musyawarah Akbar
semalam telah membuatku cukup meragu untuk menulis pagi ini. Aku berfikir keras bagaimana merubah jadwal,
setelah seminggu membiasakan menulis setiap pagi, rasa-rasanya sudah mulai
mendarah daging. Di saat menulis setiap pagi mulai asyik, kini aku diuji dengan
deadline skripsi yang menuntut perhatian dan waktu lebih.
Beberapa menit aku
terus berfikir, nulis, tidak nulis, nulis, tidak nulis, nulis, tidak nulis, ah,
kegalauan menimpaku untuk menentukan pilihan ini. Lama-lama berfikir akhirnya kuputuskan
untuk menulis juga, malahan aku ingin menambah segmen pembelajaranku “satu hari
satu hadis”. Cukuplah, ceritaku pagi ini mengawali tulisan.
Pagi ini, mataku
tertahan di pojok kanan halaman 471, ada ayat ke 34 dari Surah Ghafir atau al-
mu’min, ayat ini berbunyi:
dan
Sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan,
tetapi kamu Senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu,
hingga ketika Dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim
seorang (rasul pun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang
melampaui batas dan ragu-ragu.
Sekilas melihat
terjemahan ayat ini, aku terjelaskan bagaimana prilaku orang dahulu terhadap Yusuf as, padahal Yusuf as sudah
membawa keterangan-keterangan tapi tetap saja diragukan. Setelah wafat pun,
bentuk keraguan terhadap Yusuf as, adalah pernyataan bahwa tidak akan diutus rasul setelah Yusuf as.
Kita disodorkan
bayangan demikian, tentu, ini tidak akan lengkap kalau kita tidak menelusuri
lebih dalam, dengan cara melihat penafsiran ayat ini. karena itu, mari kita
lihat penafsiran syaikh kita Wahbah az-Zuhaili.
Dalam tafsirannya,
kita terjelaskan Nabi Yusuf as, datang dengan mukjizat yang sangat luas untuk
menunjukkan kebenarannya, tapi tetap saja diragukan, bahkan tidak diimani.
Mereka mengingkari apa yang dibawa Yusuf, dan mengingkari apa yang juga datang
setelah yusuf as wafat.
Orang-orang yang
seperti itu disebut sebagai “Musrifin Murtabin”, yaitu orang-orang yang
mendebatkan ayat Allah untuk menolaknya, tanpa hujjah dan dalil yang jelas. Mereka
memerangi kebenaran dengan kebatilan.
Apa yang bisa petik
pelajaran dari penjelasan ayat ini?
melihat bagaimana orang-orang mengingkari kebenaran padahal sudah jelas
bukti di hadapan mereka. kita harus
belajar dari kisah ini, jangan sampai kita masuk ke dalam “musrifin murtabin”,
orang yang melampaui batas dan meragu.
Jika kita melihat
fenomena kehidupan kita saat ini yang berada di era informasi, setiap hari kita
dibrondong informasi yang begitu banyak yang bisa saja benar dan salah. Kita harus
menyeleksi mana informasi yang benar dan salah. Kita sangat mudah sekali jatuh
pada informasi yang tidak benar. ini sangat menyusahkan, dan sangat berbeda
dengan dengan kisah yang di atas, dimana Mukjizat sudah mereka lihat di hadapan
mereka, tapi tetap mengingkari.
Maka, saat inilah meragu
perlu kita lakukan, jangan mudah percaya, sebelum melakukan seleksi ketat dan
mendalam. Di saat ini, meragu itu dibutuhkan untuk mendapatkan kebenaran di
balik beribu Informasi yang kita baca tiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar