Rabu, 26 Juli 2017

Meragulah! Jangan Mudah Percaya



Musyawarah Akbar semalam telah membuatku cukup meragu untuk menulis pagi ini.  Aku berfikir keras bagaimana merubah jadwal, setelah seminggu membiasakan menulis setiap pagi, rasa-rasanya sudah mulai mendarah daging. Di saat menulis setiap  pagi mulai asyik, kini aku diuji dengan deadline skripsi yang menuntut perhatian dan waktu lebih.

Beberapa menit aku terus berfikir, nulis, tidak nulis, nulis, tidak nulis, nulis, tidak nulis, ah, kegalauan menimpaku untuk menentukan pilihan ini. Lama-lama berfikir akhirnya kuputuskan untuk menulis juga, malahan aku ingin menambah segmen pembelajaranku “satu hari satu hadis”. Cukuplah, ceritaku pagi ini mengawali tulisan.

Pagi ini, mataku tertahan di pojok kanan halaman 471, ada ayat ke 34 dari Surah Ghafir atau al- mu’min, ayat ini berbunyi:
   
dan Sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu Senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika Dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasul pun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.

Sekilas melihat terjemahan ayat ini, aku terjelaskan bagaimana prilaku orang  dahulu terhadap Yusuf as, padahal Yusuf as sudah membawa keterangan-keterangan tapi tetap saja diragukan. Setelah wafat pun, bentuk keraguan terhadap Yusuf as, adalah pernyataan bahwa  tidak akan diutus rasul setelah  Yusuf as.

Kita disodorkan bayangan demikian, tentu, ini tidak akan lengkap kalau kita tidak menelusuri lebih dalam, dengan cara melihat penafsiran ayat ini. karena itu, mari kita lihat penafsiran syaikh kita Wahbah az-Zuhaili.

Dalam tafsirannya, kita terjelaskan Nabi Yusuf as, datang dengan mukjizat yang sangat luas untuk menunjukkan kebenarannya, tapi tetap saja diragukan, bahkan tidak diimani. Mereka mengingkari apa yang dibawa Yusuf, dan mengingkari apa yang juga datang setelah yusuf as wafat. 

Orang-orang yang seperti itu disebut sebagai “Musrifin Murtabin”, yaitu orang-orang yang mendebatkan ayat Allah untuk menolaknya, tanpa hujjah dan dalil yang jelas. Mereka memerangi kebenaran dengan kebatilan.

Apa yang bisa petik pelajaran dari  penjelasan ayat ini? melihat bagaimana orang-orang mengingkari kebenaran padahal sudah jelas bukti  di hadapan mereka. kita harus belajar dari kisah ini, jangan sampai kita masuk ke dalam “musrifin murtabin”, orang yang melampaui batas dan meragu.

Jika kita melihat fenomena kehidupan kita saat ini yang berada di era informasi, setiap hari kita dibrondong informasi yang begitu banyak yang bisa saja benar dan salah. Kita harus menyeleksi mana informasi yang benar dan salah. Kita sangat mudah sekali jatuh pada informasi yang tidak benar. ini sangat menyusahkan, dan sangat berbeda dengan dengan kisah yang di atas, dimana Mukjizat sudah mereka lihat di hadapan mereka, tapi tetap mengingkari.

Maka, saat inilah meragu perlu kita lakukan, jangan mudah percaya, sebelum melakukan seleksi ketat dan mendalam. Di saat ini, meragu itu dibutuhkan untuk mendapatkan kebenaran di balik beribu Informasi yang kita baca tiap hari.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar