Sumber Foto: dedywahyusaputra.blogspot.com |
Tidak ada dosa atas istri-istri nabi (untuk
berjumpa tanpa tabir) dengan bapak-bapak mereka, anak laki-laki mereka, saudara
laki-laki mereka, anak laki-laki dari saudara laki-laki mereka, anak laki-laki
dari saudara perempuan mereka, perempuan-perempuan mereka (yang beriman) dan
hamba sahaya yang mereka miliki, dan bertakwalah kamu (istri-istri nabi) kepada
Allah. Sungguh Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.
(QS. Al-Ahzab (33): 55)
Ayat ini kaitannya dengan isti-istri nabi,
bagaimana kita bersikap kepada istri nabi. Bahwa menemuinya harus dengan tabir.
Itu yang bisa dipahami, sementara orang-orang yang boleh bertemu dengannya
tanpa menggunakan tabir adalah orang-orang yang tergolong keluarga.
Namun, perlu
kita pahami lebih mendalam, apa makna dari bertemu di sini, apakah bertemu di dalam
rumahnya atau berada di luar rumahnya? Rumah adalah tempat privasi dari
istri-istri nabi, tentunya tidak baik jika bertemu dengannya di dalam rumah. Karena
itu kemudian, bertemu dengannnya menggunakan tabir adalah saat ada di rumahnya.
Ketika istri nabi berada di luar tentu tidak logis kita menggunakan tabir. Karena
itu, ayat ini kaitannya dengan bagaimana kita bersikap saat berada di rumah
istri nabi.
Pertanyaannya,
apakah ayat tersebut sekedar kisah atau tata cara untuk istri nabi saja, cukup
untuk istri nabi saja? Alangkah tidak bermaknanya ayat tersebut kalau seperti
itu, mengingat istri nabi sudah
meninggal. karenanya ayat tersebut juga berlaku untuk istri-istri hingga akhir
zaman, ketika ditemui oleh orang yang bukan dari golongan keluarga, hendaknya
menggunakan tabir. Ini sebagai bentuk dari memuliakan perempuan, serta
mempersempit pengaruh dari godaan syaithan, yang senantiasa menggoda manusia
kepada keburukan.
Tentunya,
berbeda jika kemudian bertemu dengan orang banyak di dalam rumah, menurut saya
kasus ini berlaku jika istri dalam keadaan berdua saja dengan orang yang
bertamu; hingga perlu menggunakan tabir.
Tapi kalau banyak orang kenapa harus menggunakan tabir. Karena ketika banyak
tentu hawa nafsu seseorang bisa tertahan karena rasa malu kepada yang lain.
Ayat tersebut
juga, menyebutkan ada orang-orang yang bukan termasuk keluarga boleh bertemu
dengan tanpa tabir. Yaitu disebutkan hamba sahaya dan perempuan-perempuan yang
beriman. Hamba sahaya bisa termasuk orang yang sudah terbiasa di dalam rumah
tersebut, sudah berinteraksi lama, mengabdi di dalam sebuah keluarga, hal itu
membuat ia tidak perlu tanpa tabir, karena ia mengabdi.
Kemudian perempuan-perempuan
yang beriman, ini kemudian menolak orang-orang yang tidak beriman untuk bisa
bertemu tanpa tabir sekalipun memiliki jenis kelamin yang sama. Bukankah kita
keadaan dunia saat ini, ada banyak orang yang suka kepada sesama jenis, mereka
berhasrat kepada sesama jenis mereka, karenanya kita juga perlu berhati-hati
meski kepada sesama jenis kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar