Jumat, 12 Agustus 2016

Kau Berbadan Bumi, Maka bagimu Bumi

Sumber Foto: kantinilmu.com

Dan Allah menciptakan mu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuanNya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lauh mahfuz). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
 QS. Fathir (35): 11

Ayat ini membawa kita kepada sumber penciptaan manusia. Dua hal yang secara keilmuwan dan sejarah kita ketahui. Dimana Adam, bapaknya manusia diciptakan Allah dari tanah. Lalu, keturunannya yang tercipta dari air mani.

Tidakkah menjadi pertanyaan bagi kita, kenapa Allah harus menggunakan tanah untuk mencipta adam, lalu, keturunannya dengan air mani? Tentu, kalau kita sandarkan kepada Allah, memang hanya Allah yang lebih tahu. Tapi, tidakkah kita ingin tahu? Tidak bolehkan manusia tahu? Bukankah kita diperintahkan untuk tahu?

Kalau kita kembali kepada bagaimana makhluk lainnya diciptakan, malaikat diciptakan dari cahaya, syaithan dari api, penulis lebih condong kepada bagaimana kemudian habitat ataupun tempat hidup dari makhluk-makhluk Tuhan tersebut. Asal penciptaan mereka sesuai dengan tempat dimana mereka menetap.

Adam tercipta dari tanah, dimana ia ditempatkan di bumi yang memang terdapat tanah, terkonstruksi oleh tanah. Artinya ada kesesuaian antara tempat menetap dengan asal atau materi penciptaannya. Begitu  pula dengan makhluk lainnya. Malaikat yang tercipta dari cahaya, sehingga menyebabkan ia berprilaku seperti cahaya.  Begitu pula dengan syaithan,yang tercipta dari api, yang terus membakar dendam, kebencian, memanaskan nafsu, karena ia memang tercipta dari api.

Apa yang penulis sampaikan adalah secuil, reka-rekaan penulis yang bisa salah dan bisa benar, ini hanyalah stimulus untuk kawan-kawan, agar turut ikut berfikir dan mencari pengetahuan yang sebenarnya. Tentu ada banyak hal, tidak sekedar karena sesuai habitat. Karena itu, mari berfikir dan jangan mudah menyalahkan.
To be continued



Tidak ada komentar:

Posting Komentar