Sumber Foto: kantinilmu.com |
Dan Allah menciptakan mu dari tanah kemudian
dari air mani, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan,
melainkan dengan sepengetahuanNya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan
tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lauh
mahfuz). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
QS.
Fathir (35): 11
Ayat ini
membawa kita kepada sumber penciptaan manusia. Dua hal yang secara keilmuwan
dan sejarah kita ketahui. Dimana Adam, bapaknya manusia diciptakan Allah dari
tanah. Lalu, keturunannya yang tercipta dari air mani.
Tidakkah menjadi
pertanyaan bagi kita, kenapa Allah harus menggunakan tanah untuk mencipta adam,
lalu, keturunannya dengan air mani? Tentu, kalau kita sandarkan kepada Allah,
memang hanya Allah yang lebih tahu. Tapi, tidakkah kita ingin tahu? Tidak bolehkan
manusia tahu? Bukankah kita diperintahkan untuk tahu?
Kalau kita
kembali kepada bagaimana makhluk lainnya diciptakan, malaikat diciptakan dari
cahaya, syaithan dari api, penulis lebih condong kepada bagaimana kemudian
habitat ataupun tempat hidup dari makhluk-makhluk Tuhan tersebut. Asal penciptaan
mereka sesuai dengan tempat dimana mereka menetap.
Adam tercipta
dari tanah, dimana ia ditempatkan di bumi yang memang terdapat tanah,
terkonstruksi oleh tanah. Artinya ada kesesuaian antara tempat menetap dengan
asal atau materi penciptaannya. Begitu pula dengan makhluk lainnya. Malaikat yang
tercipta dari cahaya, sehingga menyebabkan ia berprilaku seperti cahaya. Begitu pula dengan syaithan,yang tercipta
dari api, yang terus membakar dendam, kebencian, memanaskan nafsu, karena ia
memang tercipta dari api.
Apa yang
penulis sampaikan adalah secuil, reka-rekaan penulis yang bisa salah dan bisa
benar, ini hanyalah stimulus untuk kawan-kawan, agar turut ikut berfikir dan
mencari pengetahuan yang sebenarnya. Tentu ada banyak hal, tidak sekedar karena
sesuai habitat. Karena itu, mari berfikir dan jangan mudah menyalahkan.
To be
continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar