Sumber Foto: www.hipwee.com |
Sungguh, kami menurunkan kepadamu
kitab (al-Qur’an) dengan membawa kebenaran untuk manusia; barangsiapa mendapat
petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa sesat maka
sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri, dan engkau bukanlah orang
yang bertanggung jawab terhadap mereka. (QS. Az-Zumar (39): 41)
Dari ayat di atas kita tahu bahwa,
dan memang kita sudah bersentuhan dengan apa yang telah diturunkan Allah swt
kepada nabinya. Realitas al-Qur’an telah kita lihat nyata. Ayat-ayatnya sendiri
membenarkan bahwa al-Qur’an mengandung
kebenaran , petunjuk, pedoman bagi umat manusia.
Al-Qur’an memang diturunkan kepada
Muhammad saw, tetapi kebenaran, pedoman, petunjuk, yang dikandungnya, untuk
disampaikan oleh nabi Muhammad saw. Dalam perjalanan penyampaian itu, tentu ada
yang menerima dan ada yang menolak. Orang yang menerima berarti orang yang
mendapatkan petunjuk dari al-Qur’an, sementara yang menolak maka ia adalah
orang yang tersesat.
Tugas nabi menyampaikan, urusan menerima
tidak menerima bukan urusan nabi. Semua akan dipertanggungjawabkan sendiri. Sekilas
dan gamblang ayat tersebut bermakna seperti itu.
hal ini seharusnya menjadi contoh
kita di dalam berdakwah ataupun menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Jika memang
kita merasa apa yang akan kita sampaikan ini benar, maka sampaikanlah. Tapi ingat,
jangan memaksakan kepada orang untuk menerima apa yang anda sampaikan. Atau bahkan
jangan sampai mengambil jalan lain agar orang menerima, anda melakukan
kekerasan.
Kalau sampai anda membawa kekerasan,
maka anda termasuk orang yang melanggar batas dan ketentuan yang telah
digariskan. Kenapa anda tidak perlu memaksakan, karena semunya akan kembali
kepada diri mereka, bukan kepada diri anda.
Kecuali apa yang anda sampaikan bukanlah kebenaran, maka
pertanggungjawaban juga ada pada diri anda. Mari kita tanamkan hal ini di dalam
menyampaikan kebenaran, “sampaikan bukan paksakan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar