MEMBACA UNTUK
BELAJAR: TANGAN CERDIK MOSES ATAS SEJARAH
Sebelum saya memberikan komentar atas artikel ini,terlebih dahulu aku
memberikan analisisku terhadap teks ini.
Artikel dari Koran Tempo ini dapat aku
katakan cukup jauh dari kesalahan. Dari beberapa paragraf yang aku baca,
aku baru menemukan kesalahan penulisan pada paragraf ke-4 baris terakhir, yaitu kata antaragama
, seharusnya kata antar dan agama dipisah menajadi antar agama.
Adapun kalau dilihat dari segi EYD, artikel ini telah memenuhi standar EYD.
Lalu aku mencoba untuk menganalisis
judul artikel ini “MERPATI PERANG SALIB” sebagai judul utama,
kemudian judul kecilnya “sebuah buku yang mengetengahkan dua tokoh besar
pro-perdamaian dalam perang salib kelima” , tetapi aku tidak yakin juduk
kecil yang aku tulis tersebut termasuk judul, itu karena jika kalimat tersebut
termasuk judul kecil, maka tentu antara judul utama dan judul kecil dipisahkan
oleh tanda titik dua (:). Dari penulisan judul dalam artikel ini , mengambil
kesimpulan bahwa judul harus dituliskan dengan hurup kapital.
Beralih kepada penulisan nama orang dan tempat, aku melihat kejanggalan
bahwa nama orang FRANSISKUS ditulis dengan huruf kapital, sedangkan pada
paragraf-paragraf yang lain, awal huruf dari nama saja yang kapital. Setelah
aku teliti, dalam istilah pemberitaan atau jurnalisme, kata
dengan penulisan kapital di awal sebuah berita dinamakan lead , lead
harus ditulis dengan huruf kapital dalam melakukan pemberitaan. Adapun pada paragraf
–paragraf yang lain hanya huruf awal saja yang kapital bagi sebuah nama,
terlepas sebuah nama berada setelah titik ataupun koma. Begitu juga dengan
penulisan tempat, nama sebuat tempat harus ditulis dengan hurup kapital awalnya.
Sebelum beralih
kepada analisis yang lain, aku tidak ingin meninggalkan kejanggalanku terhadap
nama yang ditulis Salahuddin al-Ayyubi,
yang menjadi pertanyaanku kenapa kata al pada nama tersebut tidak
berhurup capital? Maka dapat disimpulkan kata al tidak termasuk nama
sehingga tidak dikapitalkan.
Kemudian banyak dari
tahun hanya ditulis angkanya saja tanpa kata tahun, Setelah aku teliti contohnya pada paragraf pertama ,
kata tahun telah disebutkan pada baris ke-2 . Jadi, aku menyimpulkan ,jika tahun sudah disebutkan
di awal, maka tidak perlu lagi menyebutkannya. Tetapi ternyata pada paragraf
yang lain , angka yang menunjukkan tahun tidak diikuti oleh kata “tahun” , tetapi
sebelum angka tersebut ada kata “pada” yang menunjukkan waktu, jadi kesimpulan
terakhirku jika angka sudah didahului kata “pada” maka tidak perlu lagi
menaruhkan kata “tahun” setelahnya, karena itu
hanyalah pembubaziran kata.
Selanjutnya aku
menemukan kata “kedua” , “ke-13”, dan 1099 dan lain-lain, dari kata –kata
tersebut timbul pertanyaan dalam
pikiranku, kenapa kedua tidak diangkakan saja atau ke-13, 1099 dan lain-lain
tidak dituliskan saja. Untuk itu aku teringat kepada diskusi pelatihan SPS ,
seniorku di SPS mengatakan “dalam tulisan
angka 1-9 ditulis,sedangakan yang lebih dari itu diangkakan” itulah kenapa
angka dua tidak diangkakan ,karena kaidah dalam pengangkaan seperti yang telah
aku sebutkan .
Terkait dengan
penulisan paragraf, aku melihat tulisan ini setiap paragrafnya ditulis secara
konsisten dengan tiga kalimat. Hal ini
sesuai dengan kaidah penulisan paragraf, suatu paragraf harus dibentuk dari 3-4 kalimat. Kemudiann ada
banyak tanda hubung yang kulihat diakhir bagian baris kalimat, tanda hubung itu
berfungsi untuk menghubungkan bagian suku kata yang terpisah.
Penulisan data buku
sudah benar keakuratanya,tetapi seharusnya tidak semuanya ditulis dengan huruf kapital ,
terutama untuk kata sebelum tanda titik dua, seharus yang kapital hanya huruf bagian awal saja.
Comentar:
Fakta sejarah yang
hadirkan pada artikel ini menarik, fakta sejarah yang terjadi bertahun-tahun
yang silam memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri untuk dibaca. Dan
artikel ini telah cukup berhasil meningkatkan rasa penasaranku untuk menelusuri sejarah perdamaian di perang
Salib kelima.
“Cocok untuk dibeli
dan dibaca” inilah yang bisa kuungkapkkan terhadap buku SANTO dan SULTAN ,
sekilas gambaran dari artikel MERPATI PERANG SALIB menunjukkan buku
tersebut sangat menarik. Buku itu bisa
menjadi media tamasya ke zaman lalu.
Anda tidak perlu meminjam mesin waktu Doraemon untuk pergi ke masa
perang Salib, cukup membaca buku tersebut , anda akan dibawa berfantasi menuju
masa silam (perang Salib).
Hal ini tidak lain
karena tangan cerdik Paul Moses. Sekalipun
fakta sejarah yang dihadirkan oleh Moses telah banyak disisipi fiksi
oleh pengarang-pengarang buku yang berkaitan dengan kisah tersebut, namun Moses
ternyata mampu memisahkan antara fakta dan fiksi dari sejarah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar